Hal Penting yang Jadi Pertimbangan Saat Memilih Sekolah Untuk Buah Hati

1 komentar
Saya ingat sebelum Alya masuk PAUD, umurnya saat itu 3,5 tahun. Ia saya ajak berkeliling ke beberapa PAUD terdekat, dan kemudian saya lihat reaksinya saat melihat mainan di sana, saat bertemu dengan para guru. Saat diparkiran menjelang pulang, saya akan bertanya ulang, "Alya mau sekolah di sini?"

Ada sekitaran 4 PAUD waktu itu saya telusuri, hingga kemudian ia mengangguk untuk mau di sekolahnya yang sekarang (satu yayasan ada PAUD, TK) gara-gara sebuah gambar tembok. Ya, karena ada lukisan mobil di PAUD tersebut. 

Dalam menentukan pilihan untuk sekolah, saya ingin menerapkan prinsip demokratis. Memberi kesempatan anak untuk terlibat dalam proses memilih.

Beberapa waktu lalu, pernah juga kami antar Raka untuk melihat keseharian KBM pada sebuah boarding school di Prambanan. Ayahnya memberi dua opsi Boarding school atau SMP Negeri.  Rupanya, dia nggak tertarik. "Aku mau sekolah di SMP Negeri saja,"Begitu kata Raka. 
***
Sekolah-ideal-untuk-anak

Ketika tahun ini negeri ini punya hajatan besar PEMILU, kami punya hajatan keluarga. Dua bocah kami bakalan punya sekolah baru. Raka  sulung saya, statusnya sebagai siswa SD tinggal beberapa bulan lagi, dan  hampir menjadi generasi putih-biru. Alya  yang sepertinya belum lama masuk PAUD, eh..kok ya sebentar lagi masuk SD. Bagi Alya, karena sering saya ajak sekalian menjemput kakaknya, maka ketika saya tanya "SD nya mau dimana", langsung spontan njawab "SD nya Mas". OK kalau begitu.


Milih Sekolah, Pertimbangannya Apa?

Kalau perspektif anak-anak, bisa jadi mereka menjatuhkan pilihan ke sekolah tertentu karena tampilan fisik, faktor teman dekat, atau bahkan karena masalah remeh; sekolahannya banyak yang jual jajanan😊 Tapi, kalau kacamatanya orang tua, pasti beda. Dan untuk masalah ini, saya berusaha mengakomodir dua pandangan ini. Menerima masukan anak, tapi juga tetap mempertimbangkan beberapa faktor.

Kalau saya pas kecil dulu, masalah milih sekolah sepertinya tidak seribet sekarang. Biasanya pertimbangannya orang tua cuma dua, jarak sama ketersediaan biaya. Dan jarak biasanya yang paling penting. Selama masih bisa dijangkau dengan jalan kaki/sepeda..itulah sekolah pilihan.

Kalau sekarang..nggak berubah banyak sebenarnya. Tapi mungkin jadi lebih detail.  Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yang menurut saya penting:

1. Jarak Rumah-Sekolah

Pernah Pak Suami cerita, ada salah satu teman kantornya yang berangkat dari rumah pukul 05,00 pagi, karena mesti mengantar anak sekolah dulu di SD favorit di kota  yang jarak tempuhnya 1,5 jam. Jujur, kalau seperti itu bertahun-tahun, saya ndak sanggup. Jarak ideal rumah-sekolah untuk usia TK-SMP menurut saya maksimal 30 menit perjalanan saja. Kenapa? Karena diusia tersebut yang paling bertanggung jawab antar-jemput ya orang tuanya. Menghindari anak kecapekan di jalan juga. Ini ngomongin kalau moda transportasi yang digunakan antar-jemput sekolah motor. Kalau mobil, bisa jadi beda. Sama satu lagi, menghindari fenomena banyaknya anak SMP yang sudah diperbolehkan  orangtuanya membawa motor.

Baca juga : Anak SMP dan Penitipan Motor yang Semakin Rame

2. Fasilitas / Lingkungan sekolah. 

"Apakah anak-anak boleh keluar lingkungan sekolah saat istirahat?"
"Dimana anak-anak jajan ?"
"Makanan/jajanan seperti apa yang disediakan?"

Hal yang bagi banyak orang mungkin terlihat sepele, tapi ini saya tanyakan ke pihak sekolah ketika dulu Raka hendak hunting SD. Karena saya amati, SD ini masa anak-anak euforia njajan. Kalau dilepas begitu saja, bisa jadi kebiasaan di rumah untuk selalu milah-milih jajanan sehat ambrol.

Pernah saya saya sedikit eyel-eyelan dengan seseorang, anggap saja A,  yang berbeda pandangan. Menurut opini yang dibangun A, kepribadian, watak anak itu tergantung dari modal awalnya. Kalau takdirnya si anak bener, di"taruh" dimanapun ia akan bener. Begitu juga sebaliknya. Tapi saya nggak sepakat itu. Faktor lingkungan tempat dimana ia banyak menghabiskan waktu, dengan siapa ia bergaul, itu sangat berpengaruh ke anak. Itu juga kenapa saya mengarahkan anak-anak untuk belajar di lembaga pendidikan dengan porsi pelajaran agama yang lebih banyak dari rata-rata, dengan pemikiran, untuk fondasi moral mereka.

3. Kurikulum yang diterapkan , plus Tingkat Kompetisi di Sekolah
Untuk ini, banyak pendapat juga. Ada yang berpendapat, usia anak-anak itu asyiknya buat bermain sambil belajar. Maka, menyekolahkan anak di sekolah-sekolah yang full dengan berbagai target pencapaian dengan nilai sebagai ukuran, hanyalah akan memberatkan anak. 

Saya berada di tengah untuk masalah ini.


Usia anak memang usia bermain. Namun Bukan salahnya juga mengenalkan ia dengan apa yang namanya kompetisi, bersaing secara sehat untuk mendapatkan skor terbaik dalam mata pelajaran yang diajarkan. Toh nanti, di kehidupan nyata, kompetisi itu memang terus ada.

4. Biaya
Penting nggak penting, ini penting dipikirkan. Untuk post  biaya pendidikan, saya menganut prinsip cari yang terbaik, bukan yang termahal. dan untungnya di Jogja ini, banyak sekolah-sekolah yang masih bisa mengakomodir hal tersebut.

Itu tadi 4 faktor penting yang menjadi pertimbangan saat memutuskan, dimana anak-anak hendak bersekolah. Bisa jadi, teman-teman punya masukan lain, atau bahkan berbeda, Urun rembug di kolom komentar, boleh banget.


Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

1 komentar

  1. Iya nih sebentar lagi mikirin SMP untuk anak-anak. Masalahnya di sini SMP negeri cuma ada 2. Yang satu dekat, satu rada jauh.

    Sekolah swasta ga ada yang bagus untuk SMP.

    BalasHapus

Posting Komentar