Sedari pagi, berita meninggalnya Didi Kempot banyak sekali berseliweran di media massa dan juga saluran media sosial, termasuk WhatsApp Grup. Mulai dari grup ibu-ibu RT, teman-teman jaman sekolah dan kuliah, bahkan grup keluarga semua membicarakan kepergian penyanyi sekaligus pencipta lagu ini.
Meski hampir semua lagu Didi Kempot berbahasa Jawa, tapi bisa dikatakan Didi Kempot telah menjadi milik Indonesia, Sang Maestro musik Campur Sari.
Jujur, meskipun Didi Kempot sudah bermain musik sejak saya remaja, saya bukan fans beratnya mas Didi Kempot. Ada beberapa lagu yang saya ngerti, tapi sekedar tahu dan rata-rata mendengarnya secara tidak sengaja misalnya di acara njagong manten atau pas ada warga yang punya hajat.
Benar..saya memang bukan golongan #SobatAmbyar sejati.
Tapi saya simpati dengan apa yang dilakukan Didi Kempot untuk bangsa yang tengah berjuang melawan pandemi Covid 19 belakangan ini. Melalui penggalangan dana Konser Amal Dari Rumah, adik salah satu personel Srimulat ini memberikan contoh kepada kita untuk hidup saling suport dan saling membantu sesama.
Malam ini, mumpung sudah bisa merebahkan badan leyeh-leyeh saya menulis sambil mendengarkan musik, tiba-tiba saya pengen mendengarkan lirik-lirik lagunya Didi Kempot, memasukkannya dalam playlist lagu di ponsel.
Benar seperti banyak orang bilang, hampir semua lirik lagu yang diciptakannya menggunakan pilihan kata yang sederhana, tapi menjadi dalam apabila dirasa. Bahasa-bahasanya memang tidak puitis. Orang yang mendengr akan langsung tau yang dimau dan mengerti pesan yang ingin disampaikan.
Bisa jadi kekuatan dari lagu-lagu Didi Kempot adalah tema lagu yang dipilih. Cobalah cermati beberapa lagu hitsnya. Hampir semuanya mengangkat tema universal dan dekat sekali dengan kehidupan kita; seperti ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, kerinduan pada seseorang, atau pengkhiatan.
![]() |
| Didi Kempot saat menghibur sobat ambyar di konser "Banyu Langit" Lorin Solo hotel. Foto dokumentasi Heru Kristianto |
Beberapa terkesan cengeng memang, apalagi untuk seorang pria. Tapi faktanya, syair-syair lagu yang nggrantes itu memenuhi kebutuhan saat kita ingin bermelankolis ria. Wajar kalau kemudian beliau menyandang gelar The Godfather of Brokenheart
Umpamane kowe uwis mulyo
Lilo aku lilo
Yo mung siji dadi panyuwunku
Aku pengin ketemu
Senajan wektumu mung sedhela
Kanggo tombo kangen jroning dodo (Sewu kutho)
Rasane ngitung nganti lali
Wis pirang taun anggonku ngenteni
Ngenteni sliramu
Neng kene tak tunggu
Nganti saelingmu (Terminal Tirtonadi)
Ditunjang Penampilan Didi Kempot yang sederhana dan jauh dari gosip miring, menjadikan sang maestro ini menjadi idola banyak orang, dari semua lapisan masyarakat. Seperti sosok Chrisye dan juga Glen Fredly di mata pemggemar musik pop, begitu juga Dedi Kempot di mata penggemar musik Jawa/Campursari. Raganya sudah tak ada lagi di dunia, tapi karya-karyanya akan tetap menggema sepanjang masa.
Artikel tentang musik lainnya: Nggak Cuma Yogyakartanya Kla Project, Beberapa Lagu Ini Juga Berkisah Tentang Jogja


