Percaya nggak? diantara 12 bulan lainnya, Ramadhan adalah bulan yang paling konsumtif.
Harusnya bulan ini bulan pengendalian. Yang biasanya kita makan 3 kali, di ringkas hanya 2 kali dengan sahur dan berbuka. Logikanya, harusnya biaya konsumsi lebih irit ya..? Faktanya, banyak yang nggak😊
Kalau hari biasa sudah trimo dengan makan nasi-lauk tempe-sayur seadanya plus air putih, di bulan puasa justru banyak yang gaya konsumsinya berubah haluan. Kalau nggak jajan ga afdol.
Ga sedikit pula, termasuk saya kadang-kadang yang kembali menjalani gaya hidup 'food gathering' ; ngumpulin aneka makanan, minuman, dan cemilan sebelum buka puasa, meskipun sebenarnya sadar daya tampung lambung terbatas. Endingnya, mubazir.. pos pengeluaran konsumsi pun makin menggembung bila dibandingkan bulan-bulan biasanya
"Tenang ada THR...!"
Mungkin itu yang biasa digunakan sebagai tameng saat di bulan ramadhan, pengeluaran di bidang yang sifatnya konsumtif justru semakin banyak. Gara-gara ada pemasukan ekstra berupa insentif yang jumlahnya sekian kali gaji, banyak yang kemudian lupa kalau setelah ramadhan banyak juga pengeluaran ekstra.
Bayar daftar ulang atau biaya pendidikan anak misalnya. Ha..ha malah curhat.
Soal pengelolaan keuangan keluarga, saya sepakat banget dengan pemikiran mba Nurul Fitri, kalo perempuan itu kunci keuangan keluarga. Kalau mau keuangan keluarganya aman, ya perempuannya kudu pinter ngerem. Kalau kok ndilalah tipikal apa-apa kepengen, alamatnya bakalan bablas...bakalan besar pasak daripada tiang.
Kalau yang tlaten, sebenarnya bisa kok ngerem pola konsumsi dan gaya hidup kita, dengan bantuan aplikasi. Tinggal masukin pendapatan dan rajin catet pengeluaran. Nanti bakalan tau, larinya uang ke mana, dan porsi terbesar untuk apa. Itu berlaku untuk keluarga dengan jumlah pemasukan yang terbatas lho ya, kayak keluarga saya. Kalau sumber pendapatannya sudah mengalir lancar dan cenderung tumpah ruah...ya nggak perlu lagi nyatet pemasukan dan pengeluaran, hanya untuk sekedar memantau aliran penggunaan dana.
Baca juga: Aplikasi Keuangan Sederhana Untuk Rumah Tangga
Baca juga: Aplikasi Keuangan Sederhana Untuk Rumah Tangga
Berhubung dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang biasa saja, maka saya nggak mau dong ramadhan ini malah jadi pembuka pintu untuk melakukan gaya hidup yang boros nan konsumtif. Meski ada pemasukan ekstra, tetep kudu disiplin, diantaranya dengan:
Mendahulukan pos-pos pengeluaran wajib. Saya tipikal yang ga tentram klo punya utang. Berasa ada yang ngejar-ngejar. Ditambah lagi pelupa. Saya dan suami ga pegang kartu kredit sama sekali. Dibilang nggak kekinian..cuek aja.
Karena ini juga, daripada malah nanti uang yang saya pegang bablas untuk pengeluaran nggak jelas, sebisa mungkin saya bayar dulu pos pengeluaran yang sifatnya wajib. Tagihan listrik, premi asuransi, SPP anak, dan juga iuran sampah diusahakan beres sebelum tanggal 10.
Sebelum membeli sesuatu, nimbang dulu..kebutuhan, atau keinginan. Namanya ada pemasukan ekstra, pastilah tergoda saat ada barang-barang cantik di depan mata. Apalagi klo pas senggang, trus buka-buka situs toko online, berasa iman tengah diuji😊 Tapi ya itu tadi, tetep kudu ingat...pasca ramadhan, masih punya pengeluaran ekstra. Jadi, berusaha belanja sesuai kebutuhan.
Sisihkan untuk tabungan masa depan. Masa depan di sini, bisa berarti tabungan dunia dan akhirat. Untuk keperluan hidup didunia, seberapa pun..meski itu sedikit, kalau sudah punya tabungan itu berasa ayem. Ada rasa aman.
Makanya, sebisa mungkin saya menyisihkan pemasukan, meski sekecil apapun. Termasuk juga untuk tabungan akhirat. Bukankah bulan Ramadhan bulan yang paling baik untuk berbagi? Walau cuma terlihat sepele, menyisihkan budget untuk menyediakan takjil atau memberi snack pasca tadarus misalnya.
Sebagai manager rumah tangga, siapa sih yang nggak mau kondisi keuangannya aman terkendali. Saya yakin, asal niatnya kuat..semua perempuan bisa kok!
#KEBloggingCollab


