Ketrampilan Dasar yang Penting Diajarkan ke Anak

4 komentar

Dulu pas anak-anak kecil, saya pernah membayangkan betapa enaknya menjadi orang tua kalau anak-anak sudah beranjak besar. Sudah nggak perlu nyuapi mereka  lagi, untuk keperluan mandi, mereka juga nggak perlu disuruh-suruh lagi..intinya enak lah, tinggal mantau doang😄 

Nah, sekarang sulung saya sudah fase ini. Drama durasi makan jam-jam an karena diemut sudah lewat dan sifat picky eater si bocah juga sudah hilang sama sekali. 

Lantas, apakah yang pernah saya bayangkan beberapa tahun silam itu benar terjadi?

Beberapa memang iya. Tapi rupanya saya tidak sepenuhnya benar. Begitu anak-anak beranjak besar, ternyata peran saya sebagai orang tua hanya mengalami pergeseran. 

Ketika anak-anak besar,  pergaulan dan memastikan mereka berada tetap di koridor yang benar adalah pekerjaan utama sekarang. Selain itu, saya juga harus menstranfer ketrampilan-ketrampilan dasar untuk para bocah. 

Pekerjaan-pekerjaan rumah yang biasa saya lakukan setiap hari, harus bisa dilakukan juga oleh anak-anak. Nggak harus semua juga, tapi minimal yang simpel-simpel, anak-anak harus bisa melakukannya. Termasuk untuk Raka.

Lah, kan Raka cowok? Karena sebenarnya ketrampilan dasar itu nggak memandang jenis kelamin. 

Ketrampilan Dasar yang Semua Orang Wajib Bisa

Memang betul kalau saat ini teknologi makin canggih. Banyak urusan yang awalnya harus diselesaikan sendiri, sekarang sudah banyak yang bisa didelegasikan. Meskipun begitu, bukan berarti manusia lantas bisa ongkang-ongkang kaki. Menurut saya ada beberapa ketrampilan yang harus diajarkan ke anak-anak sebagai antisipasi keadaan darurat.

Memasak
Ini life skill pokok, karena berkaitan dengan salah satu strategi bertahan hidup. Menurut saya, kalau di rumah ketrampilan ini bisa diajarkan ke anak setelah mereka umur 10 tahun, setelah mereka bisa menghidupmatikan kompor secara benar dan bertanggungjawab ( nggak lupa mematikan dan sudah tahu bahaya nya api)

Tidak perlu jurus memasak yang rumit pula untuk level dasar ini.  Yang paling simpel kalau saya, seperti: merebus air,  membuat mie instant, menggoreng telur, ataupun memasak nasi dengan magic com


Mencuci
Saat ini, kebanyakan tugas mencuci (baju) memang sudah dipindahtugaskan ke mesin cuci atau jasa laundry yang banyak bertebaran di lingkungan masyarakat. Meskipun begitu, dalam tahap yang paling simpel, anak tetap harus bisa.

Kenapa? Karena saat mereka  dihadapkan pada  situasi dimana nanti mereka harus mencuci sendiri, mereka sudah mengerti. Minimal pernah. Nggak lucu juga kan, misal anak-anak dalam situasi tanpa mesin, tanpa laundry dan mereka harus mencuci, tapi mereka masih bingung tahap mencuci seperti apa? Sebagai latihan, Raka  mulai kelas 6 SD saya minta untuk mencuci tas, sepatu, dan baju dalam.

Beres-Beres
Urusan beres-beres ini bukan melulu tugasnya anak gadis lho, dan sudah seharusnya dibiasakan sejak mereka balita. Dalam tahap yang paling sederhana, membereskan mainan mereka sendiri.

Teorinya sih gampang. Prakteknya memang susah. Tetep nemu tahapan dimana anak-anak pulang sekolah langsung naruh tas di depan pintu, sepatu di geletakin asal, dan baju-celana  seragam sekolah dibiarkan berserakan di lantai. Untungnya, sekarang sudah jauh lebih tertib untuk urusan beres-beres ini.

Nggak bosen untuk sounding ke anak itu saja intinya. Ya, sesekali tetep ngomel kalau saya. Kalau sudah terbiasa, nantinya (diharapkan) bangun tidur anak-anak ngerti mberesin tempat tidur, habis belajar posisi buku dan tas ditata dan ditempatkan secara benar.


Melipat Baju
Jujur, ini ketrampilan yang terlambat saya ajarkan. Tempo hari saya minta anak saya melipat kaos yang urung dia pakai, untuk kemudian dimasukkan lagi ke lemari dan hasilnya...bikin mengelus dada. Masih kacau. 

Ketrampilan ini berguna agar saat menginjak remaja, bocah sudah mampu memanage baju-celananya sendiri. Kalau dia sudah bisa, selain lebih mandiri, anak juga makin bertanggung jawab.

Harapannya kalau dia bisa/terbiasa melipat baju....semoga akan lebih teliti lagi saat mengambil baju lemari.

Itu tadi beberapa ketrampilan dasar yang penting banget utuk dikuasai anak. Pertimbangannya, karena suatu hari nanti anak-anak itu harus mandiri, nggak akan ikut orang tuanya terus. Berlatih life skill dasar ini, juga sebenarnya melatih kepekaan. 

Biar terbiasa mengerjakan sesuatu tanpa disuruh, tanpa harus  diberitahu. Sebagai orang tua, nyesek aja kalau melihat anak-anak sudah besar tapi mereka kayak nggak peka dengan pekerjaan. 

Dan saya nggak mau dua bocah saya termasuk ke dalam generasi yang tidak peka. 
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

4 komentar

  1. korah korah dan umbah umbah are the keys wkwkwk
    inget dulu sama simbah dua keterampilan ini harus dikuasai cewek maupun cowok
    tapi anak sekarang juga perlu diajarkan hidup hemat
    mengingat angka inflasi yang semakin membumbung tinggi hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yess. Sepakat. Mbandingin biaya pendidikan dulu Vs sekarang wae wis ngeri. Durung biaya hidup... Hemat ki kudu, apalagi lahir dr keluarga biasa2 aja secara ekonomi...

      Hapus
  2. Anakku blm bisa nyuci tanpa mesin. Simbok telat ngajarinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gpp mba...mending telat drpd nggak bisa sama sekali..

      Hapus

Posting Komentar