Ada suatu hari  di belakang, ibu saya bercerita dengan wajah  sumringah, namun penuh keheranan, hanya gara-gara sepeda. Sepeda keponakan lebih tepatnya.  “Wingi ki pit e Dika sing wis ra tau dinggo, didol mbakyumu no toko nggon internet (O*x (dot) com maksudnya) malah payu ki...lha di dol no ngomah malah mung diitung rongsokan. Nek adol nggon internet ki kepie to...?” Tanya  beliau ke saya. Ya, agak sulit memang menjelaskan ini kepada perempuan yang  berusia lebih dari 70 tahun.
Bagi beliau, gambaran internet bisa jadi hanyalah sebuah personal computer yang setiap hari dipakai mengetik. Itu saja. Maklum lah, Ibu saya sudah sepuh atau tua, jadi wajar kalau gaptek.  Sering saya menemukan raut keheranan ketika saya  yang terpisah puluhan kilometer justru tahu lebih cepat  berita lelayu atau berita duka  misalnya, atau bisa berchat ria dengan teman  SD melalui grup WA. 
Maklum, dijamannya Ibu, hampir semua aktivitas, termasuk transaksi jual-beli dilakukan secara offline. Agar pesan tersampaikan secara cepat, antar orang harus bertatap muka, atau pembeli dan penjual ketemu dalam sebuah pasar yang benar-benar nyata dan terlihat mata.
Maklum, dijamannya Ibu, hampir semua aktivitas, termasuk transaksi jual-beli dilakukan secara offline. Agar pesan tersampaikan secara cepat, antar orang harus bertatap muka, atau pembeli dan penjual ketemu dalam sebuah pasar yang benar-benar nyata dan terlihat mata.
Keheranan ibu saya dengan berbagai model transaksi online, senada dengan  pesimisme kakak tertua, saat saya mengusulkan usaha ternak yang telah digelutinya berpuluh tahun untuk didigitalkan. “Di Boyolali itu ada usaha ternak serupa...lebih gede malah, namanya mirip banget  usahamu ini. Mereka belum punya alamat di dunia maya sepertinya.  Ayo..sebelum keduluaan mereka, sewa domain, sama hosting Indonesia aja sekalian. Sudah era digital begini kok... masak belum punya website” Kata saya ngompori, eh memprovokasi. Memprovokasi asal ke arah yang lebih baik boleh kan?😊
Awalnya kakak sulung saya masih ragu. Alasannya adalah, usaha peternakan itu rata-rata digeluti masyarakat desa, dan masyarakat  desa itu tingkat penggunaan internetnya masih rendah. Begitu argumennya. 
Sambil menunggu Bapak yang waktu itu lagi opname, saya ngobrol dengan Kakak tentang kecenderungan masyarakat sekarang yang banyak mengandalkan mesin pencari saat membutuhkan informasi dan juga barang tertentu. Buat saya, membawa usaha peternakan ke ranah digital, selain menambah profesionalisme, sebenarnya juga peluang untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Sambil menunggu Bapak yang waktu itu lagi opname, saya ngobrol dengan Kakak tentang kecenderungan masyarakat sekarang yang banyak mengandalkan mesin pencari saat membutuhkan informasi dan juga barang tertentu. Buat saya, membawa usaha peternakan ke ranah digital, selain menambah profesionalisme, sebenarnya juga peluang untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Beberapa bulan kemudian, rupanya Kakak saya berubah pikiran. Dia yang awalnya ragu dan cenderung  malas-malasan, akhirnya mengambil keputusan untuk mendigitalkan usahanya. Nggak sekedar sewa domain, tapi juga sekalian minta jasa wordpress hosting.  Akhirnya bisnis peternakan yang  awalnya terlihat ndeso, punya webnya sendiri. Yang penasaran sama web peternakannya kakak, bisa intip www.mitrabadips.com 😀
“Dik...webnya di ramein. Biar rumah mayanya semarak.”  Pesan kakak ipar  yang  bertugas sebagai admin melalui aplikasi Whats App. “Siap!” balas saya cepat. 
Yup, bisnis dalam bidang peternakan merupakan  salah satu jenis wirausaha yang lahir dari nol dan tumbuh di tengah masyarakat pedesaan, tapi mempunyai cita-cita untuk mengimbangi perubahan jaman. Go nasional, atau bahkan go internasional, karena faktanya, saat ini kita sudah berada di era Globalisasi. Masyarakat digital tepatnya. 
Secara mudah, era  digital bisa diartikan sebagai  era atau masa dimana manusia dapat saling berkomunikasi secara dekat, tanpa terpisahkan jarak. Gejala yang paling mudah dilihat adalah terjadinya proses integrasi internasional dalam hal pemikiran, produk dan aspek kebudayaan lain yang disebabkan oleh kemajuan dalam bidang telekomunikasi, transportasi, dan juga internet.
Adalah Thomas L Friedman, dalam  The World is Flat yang membagi globalisasi berdasarkan jenis teknologi yang mempengaruhi dan menggerakkan kehidupan manusia.  Globalisasi 1.0 adalah masa dimana teknologi yang ada menggunakan tenaga kuda, tenaga uap, tenaga angin, tenaga air, dan sebagainya. Aktor utama pada periode ini adalah negara; bagaimana antar negara saling berhubungan guna memenuhi kebutuhan hidup.
Revolusi industri di abad 18, membawa kita pada globalisasi 2.0, dimana teknologi yang berkembang adalah teknologi mesin.  Sekitar tahun 2000, globalisasi 3.0 dimulai dan ditandai  dengan  kebudayaan masyarakat yang  mulai bergeser dengan semakin banyaknya penggunaan teknologi digital . Ukuran dunia semakin mengecil, nyaris tanpa jarak.  Pada era ini, individu mampu berperan sebagai aktor utama, mereka saling terkoneksi dan bisa secara mudah mendapatkan informasi. Dan kini, kita  tengah bersiap menghadapi globalisasi 4.0.
Digitalisasi, entah langsung maupun tak langsung tentu saja membawa banyak perubahan pada prilaku masyarakat. Hal-hal yang awalnya  terlihat mustahil, menjadi serba mungkin, dan serba bisa saja terjadi.  Banyak kemudahan dan kepraktisan yang kini dinikmati masyarakat, diantaranya:
- Komunikasi semakin mudah; ada banyak cara antar manusia untuk saling terkoneksi misalnya melalui media sosial, email, video call, dll
 - Fleksibel, tanpa terhambat jarak. Saat ini banyak pekerjaan yang sifatnya remote, bisa diselesaikan dari jarak jauh tanpa harus ngantor atau bertatap muka secara langsung. Yang dibutuhkan hanyalah media yang sifatnya online
 - Terjadinya perubahan prilaku & lebih menyukai hal-hal yang sifatnya praktis, misalnya lebih memilih belanja online demi alasan kepraktisan, termasuk terjadinya perubahan dalam hal interaksi sosial (sibuk dengan gadget, lebih mengandalkan aplikasi, dan sebagainya)
 - Kuota internet menjadi kebutuhan primer, bahkan bisa jadi mengalahkan kebutuhan primer lainnya.
 
Era Digital Juga Menuntut Lahirnya Banyak Creativepreneur
Sebagai salah satu  imbas positif dari era  digital, adalah tuntutan akan lahirnya banyak  creativepreneur  baru. Istilah creativepreneur  merupakan gabungan dari dua kata creative dan preneur.
Secara mudah creativepreneur bisa diartikan sebagai orang yang memulai atau menjalankan bisnis atau usahanya dengan mengunakan ide-ide kreatif.
Mengapa  creativepreneur  menjadi sesuatu yang vital?  Tentu saja, karena tuntutan jaman. Saat ini, bisa dikatakan menjalankan usaha tanpa kreatifitas hanya akan menjadikannya stagnan atau jalan di tempat. Kalau tidak kreatif siapapun akan kalah atau tertinggal. Memang, kreatifitas mutlak diperlukan di sektor industri kreatif seperti seni, animasi, desain, videografi, fashion, maupun kuliner. Meski begitu, bidang lainnya seperti agrikultur, peternakan, juga membutuhkan komponen kreatif di dalamnya, meskipun porsentasenya memang tidak dominan.  Pada intinya adalah, semua bidang butuh creativpreneur.
Kunci Sukses Creativepreneur
Apakah semua orang bisa menjadi creativepreneur?  Jawabannya bisa. Untuk menjadi seorang creativepreneur, faktor bakat memang bisa berpengaruh. Tapi  jiwa kreatif dan enterpreneurship sebenarnya bisa dilatih dan dipelajari. Yang penting niat atau kemauan.  Merangkum dari beberapa sumber, setidaknya ada 5 kunci untuk bisa menjadi kreativepreneur yang  berhasil, yaitu:
Kreatif, bisa menelurkan ide-ide yang sifatnya out of the box. 
Dalam bahasanya Raditya Dika, creativepreneur yang berhasil adalah apabila ia bisa membuat karya yang berbeda; bahkan apa yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan orang lain.
Inovasi tiada henti
Ha..ha, mirip tagline perusahaan motor ya! Tapi ini bener kok. Creativepreneur itu harus fokus dan konsisten, dan juga terus melakukan inovasi.
Mampu merespon perubahan dengan cepat
Pergerakan roda bisnis itu dinamis gengs. Apabila ingin maju, tentunya seorang creativepreneur harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut secara cepat. 
Pelajari Kompetitor
Dunia usaha ibarat ajang untuk berlaga. Mempelajari  siapa kompetitor, apa keunggulan mereka, termasuk bagaimana strategi mereka dalam menghadapi persaingan  adalah salah satu cara kita untuk menjadi pemenang. Caranya? Pelajari kelemahan kompetitor, dan gunakan itu sebagai celah untuk memenangkan pasar
Selalu Produktif, dan terapkan deadline
Creativepreneur yang baik, dituntut untuk selalu produktif dalam menelurkan karya/usaha dan juga produktif dalam memanfaatkan waktu. Batasan waktu atau deadline akan membiasakan kita untuk taat dan disiplin dalam mengelola waktu.
Memang butuh usaha dan perjuangan yang tidak ringan untuk menerapkan itu semua. Tapi saya yakin, asal kita benar-benar punya tekad kuat, kita bisa. Semangat ya, kita sama-sama berusaha!💪💪 Blogger juga termasuk  creativepreneur kan??
Sebagai salah satu penyedia web hosting dan nama domain di Indonesia, tentu saja Qwords siap menjadi partner terbaik dalam memberikan  layanan web hosting yang berkualitas serta bisa diandalkan, demi terwujudnya masyarakat go online di era digital. Dukungan tersebut diwujudkan dalam peningkatan layanan melalui pembaharuan fitur serta peluncuran produk-produk baru, seperti:
• Unlimited Hosting –paket hosting yang dapat diandalkan dan tanpa batasan, sehingga tidak lagi mengisolasi pengguna dengan batasan disk space. Selain itu, paket ini sudah dilengkapi dengan web accelerator yang membuat website lebih cepat untuk diakses
• Wordpress hosting, yakni paket hosting yang didesain khusus untuk engine Wordpress yang kini bisa dinikmati dengan disk space yang lebih besar, gratis domain dan SSL, serta dukungan ekstra Cloud Pop, yang membuat website berbasis Wordpress bekerja jauh lebih optimal
• Harga lebih terjangkau. Meskipun telah melakukan upgrade jaringan, tapi dari sisi harga Qwords tetep berpegang sama tagline mereka “Reliable Fast Web Hosting with Reasonable Price”. Mulai dari 10.500/bulan, Qwords memberikan tawaran paket bundling Hosting 1 GB dan domain (dot) com. Ekonomis banget ya!
Qwords Cloud Web Hosting, Mendukung Creativepreneur di Era Digital
• Unlimited Hosting –paket hosting yang dapat diandalkan dan tanpa batasan, sehingga tidak lagi mengisolasi pengguna dengan batasan disk space. Selain itu, paket ini sudah dilengkapi dengan web accelerator yang membuat website lebih cepat untuk diakses
• Wordpress hosting, yakni paket hosting yang didesain khusus untuk engine Wordpress yang kini bisa dinikmati dengan disk space yang lebih besar, gratis domain dan SSL, serta dukungan ekstra Cloud Pop, yang membuat website berbasis Wordpress bekerja jauh lebih optimal
• Harga lebih terjangkau. Meskipun telah melakukan upgrade jaringan, tapi dari sisi harga Qwords tetep berpegang sama tagline mereka “Reliable Fast Web Hosting with Reasonable Price”. Mulai dari 10.500/bulan, Qwords memberikan tawaran paket bundling Hosting 1 GB dan domain (dot) com. Ekonomis banget ya!
“Di masa memdatang, kami akan selalu berupaya menjadi partner terbaik bagi pelanggan, komunitas, rekan blogger, pemerintahan, UKM dan perusahaan”-Qwords.




