Apa yang masuk ke tubuh kita sekarang, menentukan level kesehatan di masa mendatang. Saya sepakat dengan itu. Meskipun yang namanya sehat-sakit, pendek-panjangnya usia semua adalah bagian suratan takdir, tapi sebagai manusia berakal tentulah kita punya cara untuk berusaha. Termasuk menjaga apa yang kita konsumsi, terlebih untuk anak-anak. Ya..iya, masa depan mereka masih jauh lebih panjang.
Saya masih ingat cerita sedih seorang teman, saat keponakannya harus opname gara-gara kebanyakan jajanan yang over pewarna dan pemanis buatan. Pernah juga puluhan siswa SD di daerah saya mesti dilarikan ke puskesmas, gara-gara keracunan saat njajan. Duh...nggak mau lah hal kayak gitu terulang, apalagi ke anak sendiri.
Tapi menumbuhkan kesadaran anak-anak untuk memilih dan memilah makanan atau minuman yang masuk ke tubuh itu bukan perkara mudah. Susah banget malah. Apalagi saat berada di lingkungan luar rumah. Di sekolah misalnya. Lha gimana, wong mereka setiap hari, setiap kali anak-anak itu dikerubuti makanan dan minuman yang pastinya menggoda. Bukan di area dalam sekolah, tapi biasanya dari pedagang-pedagang di seputaran halaman. Warna menarik, padahal belum tentu pewarnanya aman. Rasa yang teramat manis atau gurih, bisa jadi karena kandungan penguat rasa yang mungkin nakar sekenanya.
Trus gimana coba? Ya..itu PR saya, PR kita..PR para orang tua, terutama para emak-emak yang jatah/porsi ngurus anaknya biasanya lebih gede. Menurut saya, ada dua poin pokok yang nggak bisa kita lupakan.
Penguatan Internal, itu Penting. Menanamkan kesadaran pada diri si anak, agar ia bisa selektif saat mengkonsumsi makanan atau minuman. Beneran, ini sulit. Dua bocil saya contohnya. Saya yakin, sebenarnya mereka sudah paham, mana makanan atau minuman yang kalau kebanyakan dimakan atau diminum jadinya batuk, atau malah jadi sakit perut. Tapi tetep aja, kadang mereka juga kepengen untuk mencoba.
Sebagai orang tua, salah satu usaha ya nggak bosan ngingetin, Itu saja intinya. Mungkin pada awalnya anak-anak akan bosan, jajan atau makan aja diatur..nggak boleh asal. Tapi saya yakin, dengan penyampaian yang benar, 'info kesehatan' itu akan ada yang nyanthel di memori otak, dan kemudian akan berpengaruh terhadap kebiasaan mereka saat memilih makanan atau njajan.
Dukungan Eksternal, Jauh Lebih Penting. Contoh konkretnya kayak gini. Misalnya seorang ibu yang sebenarnya pro gaya hidup sehat. Tapi karena malas masak, atau nggak sempat, malah jadinya sering membiarkan anak memgkonsumsi jenis-jenis makanan/minum berkategori junkfood, demi alasan kepraktisan.
Trus langkah nyata yang bisa saya lakukan, kayak apa? Salah satu target saya adalah membekali anak dengan minuman/camilan sehat saat ke sekolah. Soalnya saya amati, anak-anak cenderung banyak mengkonsumsi makanan/minuman jajan-jajan nggak jelas pas jam-jam siang hari, saat berada di sekolah.
Memang saya bisa? Ya usaha dong. Awalnya, saya tergolong ibu-ibu yang nggak pinter masak, karena ngerasa minim variasi makanan, minim alat masak juga. Tapi sekarang apa tho yang nggak bisa dipelajari? Internet sudah meringkas belahan dunia, dan memindahkannya ke telapak tangan. Mau masak apa, tinggal gerakin jari, ngetik di mesin pencari, dan ketemu resepnya. Nggak hanya sebatas resep menu makan dan minuman, aneka resep dan tutorial cemilan yang menarik buat anak-anak banyak bertebaran di dunia maya. Rasanya, nggak ada lagi alasan mengeluhkan keterbatasan alat, lha wong kue kering yang identik dengan oven aja ternyata bisa diakali. Beneran, ternyata banyak cara membuat kue kering tanpa oven. Cukup simpel dan nggak rumit pula. Kalau bisa mbikin kue kering sendiri, kan untungnya banyak.
- Karena tanpa oven, jadi lebih irit dari segi perkakas rumah tangga. Ibaratnya, semua kalau mau usaha juga pasti bisa.
- Lebih terjamin kualitas dari segi bahan baku, serta kebersihan saat pembuatan kue.
- Bisa menyesuaikan dengan permintaan anak-anak, terutama dalam hal rasa dan bentuk.
- Pas proses mbuat kue keringnya, sekalian aja melibatkan anak-anak. Bantu-bantu kecil sebisa mereka. Dengan begitu kan, terjadi semacam 'ikatan batin' antar anak dengan si kue kering.
- Awet. Sekali mbuat kue kering buat bekal, bisa untuk beberapa hari sekaligus.
Saya yakin kok, meski terlihat sepele, tapi usaha untuk membekali anak-anak dengan makanan yang sehat (enak dan tampilan menarik juga lho) akan memiliki dampak jangka panjang yang cukup signifikan. Harapannya sih, dari generasi yang sehat, akan lahir bangsa yang hebat.

