Pengalaman Maen ke Baron Technopark Gunung Kidul

19 komentar
Papan nama bertulis Baron Technopark, selalu saya baca  setiap kali melintas di Jalur Jalan Lintas Selatan saat kami mau maen ke pantai seputaran Gunung Kidul. Iya, saya baca thok, karena mikirnya...ah, pasti harus pake ijin, ah..paling itu isinya semacam lab dan tempat penelitian gitu. Lha wong punyanya BPPT (Badan Pengkajian Penerapan Teknologi), apalah saya,  tanpa ID card instansi apapun, akses ke tempat seperti itu pasti terbatas.

Tapi baca-baca di beberapa tulisan, katanya Baron Technopark kini dibuka untuk umum, bisa digunakan untuk wisata edukasi. Apalagi sekarang sudah ada jam matahari. Weis, Bagus donk. Apalagi untuk anak-anak, kok kayaknya menunjang banget. Ya, biar jalan-jalan sekalian belajar.

Mumpung liburan sekolah anak-anak belum berakhir, kami berangkat. Jalur paling nyaman, setau saya Jogja-Jl.Wonosari-Gading-Playen-Paliyan-Jalur Jalan Lintas Selatan. Saya suka karena relatif sepi, jalanan mulus, dan view alami di kanan-kiri jalan.

Ancer-ancer yang paling mudah, sebelum pos retribusi Pantai Baron dkk, nanti akan ada pertigaan yang kalau ke kanan menuju Baron Technopark. Ada papan nama cukup besar, jadi insyaAlloh nggak nyasar. Jalan masuk menuju lokasi memang agak menanjak, tapi lumayan lebar dan teraspal halus. Posisi Baron Teknopark sendiri berada di wilayah Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul.


Baron Technopark
Sampai juga di Baron Technopark.
Sepi. Itu kesan yang saya dapat pas sampai lokasi. Dari luar tampak kincir angin yang siang itu nggak berputar. Tapi karena pintu gerbang terbuka, ya sudah..saya, pak suami dan anak-anak masuk aja.

Setelah pak penjaga parkir, orang kedua yang saya temui adalah penjaga (security) yang lagi duduk-duduk di pos penjagaan. Sebagai tamu yang baik, tentunya saya kulo nuwun dulu lah..

"Beli tiket nggak mas?" Pertanyaan itu yang pertamakali saya lontarkan. ya..namanya obyek wisata, wajar kan kalau ditarik biaya masuk.

"Nggak bu..pengunjung bebas masuk..tapi yang arah kanan itu saja" Kata Pak penjaga memberi penjelasan.

"Yang Jam Matahari itu saja?"

"Iya". Jawab beliau singkat.


Oh.. ya sudah. Meski terbuka sebagai tempat wisata, ternyata sifat Baron Technopark masih terbatas. Kecuali untuk rombongan dari sekolah, atau instansi yang pengen melihat lebih dekat pengembangan energi alternatif bisa dilayani, didampingi setelah mengurus perijinan dan deal-dealan jadwal sama pihak internalnya. Begitu penjelasan dari mas Penjaga tadi.

Area Baron Technopark sendiri cukup luas. Beberapa bagian  terlihat tanaman buah naga. Masih cerita dari Mas Penjaga, awalnya di sini di tanam pula tanaman jarak sebagai salah satu uji coba tanaman energi alternatif, tapi ternyata mati karena tidak cocok dengan udara pantai.



Satu-satunya tujuan kami adalah Jam Matahari. Begini penampakannya..

Baron Technopark
Jam Matahari, Baron Technopark Gunung Kidul, Yogyakarta
Jadi ingat cerita guru agama jaman SD. Konon katanya, sebelum penemuan jam modern seperti sekarang nenek moyang kita mengetahui waktu sholat dengan menancapkan tongkat di tanah, dan mengamati bayangan yang terbentuk. Saya rasa prinsipnya mirip dengan Jam Matahari ini. Apakah ketepatan waktunya akurat?

Pas di sini, saya nyoba ngamati. Saat jam digital di hp saya menunjukkan angka 10:30, waktu berdasarkan Jam Matahari di Baron Technopark kira-kira pukul 10.50an. Jadi memang nggak bisa benar-benar tepat.

Posisi Jam Matahari yang cukup tinggi membuat saya leluasa melihat sekeliling. Di depan, ada hamparan laut yang luas. Biru, warna yang sangat saya suka. Di sisi kiri ada panel-panel tenaga surya yang digunakan sebagai supplier energi listrik di tempat ini. Saat cadangan listrik dari tenaga surya habis, --masih menurut mas penjaga --maka secara otomatis kincir angin akan bergerak, dan berperan sebagai pembangkit listrik tenaga angin.

Baron Technopark
kincir angin

Baron Technopark
Panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya

"Listriknya buat warga sekitar juga mas..?"

"Nggak..cuma buat area Baron Technopark aja, soalnya sini kan kebutuhan listriknya tinggi..." Jawab satu-satunya narasumber saya siang itu. Ya mas-mas penjaga tadi☺☺

"Memangnya..?" tanya saya penasaran

"Iya..kan untuk proses penyulingan air laut menjadi air bersih. Air minum"

Oh.. Bisa ya, air laut diilangin kadar garamnya, trus diminum.  Dibatin tentunya. Agak melongo saya. Maklum lah..anak jebolah IPS. Kuliah juga sosial-politik, mana ingat lagi saya sama tetek bengek pelajaran fisika-kima. Tahunya  air laut diubah jadi garam doang😀😀

"Ibu...panas...ayo aku mau ke pantai yang bisa main air.."  Udara di tempat ini memang panas. Jadi paling nyaman memang pagi atau senja sekalian. Kaminya aja yang nyampe sininya kesiangan. Konsekuensinya, dua bocil terus-terusan merajuk pengen pindah tempat.

Pindahnya ke mana...next postingan aja yaa.. Yang penting, rasa penasaran saya akan Baron Technopark sudah lumayan terobati. Meski info yang saya dapat juga cuma seuprit.

Trus poinnya apaa nih? Begini, seandainya ada yang mbaca postingan ini, dan pengen tahu lebih banyak tentang Baron Technopark...mendingan datangnya berombongan, atas nama instansi atau sekolah, tentunya setelah mengurus segala perijinan dan memenuhi semua persyaratannya. Pastinya akan lebih dapat banyak ilmu dan penjelasan. Tapi kalau cuma mau ngejar sunrise, penasaran sama Jam Matahari, atau berburu sunset..ya cukup minta ijin ke pak penjaga kayak kami barusan.

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

19 komentar

  1. Penasaran, sayang jauh. :'D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klo ngepasi di Jogja mb..bisa dicoba☺

      Hapus
  2. di instagram dulu sempet booming banget ini mbak yang jam matahari itu
    tak kira ada retribusi berapa rupiah gitu, ternyata malah free. alkhamdulillah banget hehe

    buah naganya belum berbuah kah mbak? siapa tau bisa icip-icip gratis juga :)
    *ngarep banget ini*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gratis kok...
      Hi..hi, pohon buah naganya masih mungil2...

      Hapus
  3. Saya juga suka gitu, Mbak. Kalau lewat suatu tempat suka mikir ini tempat wisata atau bukan. Kalau memang tempat wisata, sayang banget ya kalau gak info di depannya. Untungnya di zaman digital gini kita bisa browsing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba..
      Sebelum datang/ melakukan perjalanan ke suatu tempat biasanya kmi googling

      Hapus
  4. Berarti tempatnya persis di pinggir pantai ya. Cakeeep

    Tapi selalu deh kebayang panasnya pantai yang cetar membahenol 😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, klo siang dan pas terik...puanass. Mending sore aja sekalian.

      Hapus
  5. wah nambah referensi wisata edukatif, bisa diagendakan kalau ke yogya nih.. maturtengkyu mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup. Moga2 yang saya tulis berguna ya mba..

      Hapus
  6. ini lokasinya sama pantai baron kemana ia mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelah Baratnya pantai Baron Mas.. Tapi beda jalur masuk.
      Dari arah Jogja (lewat JJLS) Sebelum pos retribusi pantai Baron, Krakal, Kukup...ada pertigaan ke kanan. Agak naik, ikuti...

      Hapus
  7. Wah nemu satu lagi wisata edukasi nih ya mbak. Yang paling menarik pastinya jam matahari ya karena saya dulu juga pernah dengar tentang jam ini, tapi baru tahu kalau ternyata bentunya seperti itu, berupa bangunan yang ujungnya runcing :)

    Iya sepertinya kalau datangnya rombongan terutama anak-anak sekolah jadi lebih asyik, bisa wisata sekaligus mendapatkan ilmu pengetahuan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mba..klo rame2, trus pke ijin formal...pastinya akan lebih banyak informasi yang di dapatkan. Bagus klo untuk anak-anak sekolah..
      Tp klo untuk sekedar tahu, lihat aja..ya bisa datang. Tapi ya itu, mungkin bakalan minim informasi..

      Hapus
  8. skrg daerah jogja dan sekitarnya banyak yg bisa diekslpore ya

    BalasHapus
  9. wah salut ya bisa emmenuhi kebutuhan listrik sendiri dengan teknologi kincir angin yg masih asing perkembangannya di indonesia :)

    BalasHapus
  10. Wisata educated seperti ini yang membuat rasa penasaran semakin tinggi. Jam matahari kayaknya cukup unik, meski waktunya gak selalu tepat tp nilai tradisionalnya masih dapet di tengah jam2 Keren yang Kita pakai

    BalasHapus
  11. Padahal tahun lalu aku sekeluarga liburan ke Jogja. Kalau tau ada tempat rekreasi yang mengedukasi ini, aku pasti mampir de. Maybe next time kalo ke sana lagi ah, mesti dicatat nih.

    BalasHapus
  12. Wah dibuka buat umum tapi ga bebas lihat2 semua ya, mesti rombongan dulu. Enaknya emang sore2 sih, nunggu ga terik dulu, haha... Ada pantainya juga ya ternyata.

    BalasHapus

Posting Komentar