Papan nama bertulis Baron Technopark, selalu saya baca setiap kali melintas di Jalur Jalan Lintas Selatan saat kami mau maen ke pantai seputaran Gunung Kidul. Iya, saya baca thok, karena mikirnya...ah, pasti harus pake ijin, ah..paling itu isinya semacam lab dan tempat penelitian gitu. Lha wong punyanya BPPT (Badan Pengkajian Penerapan Teknologi), apalah saya, tanpa ID card instansi apapun, akses ke tempat seperti itu pasti terbatas.
Tapi baca-baca di beberapa tulisan, katanya Baron Technopark kini dibuka untuk umum, bisa digunakan untuk wisata edukasi. Apalagi sekarang sudah ada jam matahari. Weis, Bagus donk. Apalagi untuk anak-anak, kok kayaknya menunjang banget. Ya, biar jalan-jalan sekalian belajar.
Mumpung liburan sekolah anak-anak belum berakhir, kami berangkat. Jalur paling nyaman, setau saya Jogja-Jl.Wonosari-Gading-Playen-Paliyan-Jalur Jalan Lintas Selatan. Saya suka karena relatif sepi, jalanan mulus, dan view alami di kanan-kiri jalan.
Ancer-ancer yang paling mudah, sebelum pos retribusi Pantai Baron dkk, nanti akan ada pertigaan yang kalau ke kanan menuju Baron Technopark. Ada papan nama cukup besar, jadi insyaAlloh nggak nyasar. Jalan masuk menuju lokasi memang agak menanjak, tapi lumayan lebar dan teraspal halus. Posisi Baron Teknopark sendiri berada di wilayah Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul.
| Sampai juga di Baron Technopark. |
Sepi. Itu kesan yang saya dapat pas sampai lokasi. Dari luar tampak kincir angin yang siang itu nggak berputar. Tapi karena pintu gerbang terbuka, ya sudah..saya, pak suami dan anak-anak masuk aja.
Setelah pak penjaga parkir, orang kedua yang saya temui adalah penjaga (security) yang lagi duduk-duduk di pos penjagaan. Sebagai tamu yang baik, tentunya saya kulo nuwun dulu lah..
"Beli tiket nggak mas?" Pertanyaan itu yang pertamakali saya lontarkan. ya..namanya obyek wisata, wajar kan kalau ditarik biaya masuk.
"Nggak bu..pengunjung bebas masuk..tapi yang arah kanan itu saja" Kata Pak penjaga memberi penjelasan.
"Yang Jam Matahari itu saja?"
"Iya". Jawab beliau singkat.
Oh.. ya sudah. Meski terbuka sebagai tempat wisata, ternyata sifat Baron Technopark masih terbatas. Kecuali untuk rombongan dari sekolah, atau instansi yang pengen melihat lebih dekat pengembangan energi alternatif bisa dilayani, didampingi setelah mengurus perijinan dan deal-dealan jadwal sama pihak internalnya. Begitu penjelasan dari mas Penjaga tadi.
Area Baron Technopark sendiri cukup luas. Beberapa bagian terlihat tanaman buah naga. Masih cerita dari Mas Penjaga, awalnya di sini di tanam pula tanaman jarak sebagai salah satu uji coba tanaman energi alternatif, tapi ternyata mati karena tidak cocok dengan udara pantai.
Satu-satunya tujuan kami adalah Jam Matahari. Begini penampakannya..
| Jam Matahari, Baron Technopark Gunung Kidul, Yogyakarta |
Jadi ingat cerita guru agama jaman SD. Konon katanya, sebelum penemuan jam modern seperti sekarang nenek moyang kita mengetahui waktu sholat dengan menancapkan tongkat di tanah, dan mengamati bayangan yang terbentuk. Saya rasa prinsipnya mirip dengan Jam Matahari ini. Apakah ketepatan waktunya akurat?
Pas di sini, saya nyoba ngamati. Saat jam digital di hp saya menunjukkan angka 10:30, waktu berdasarkan Jam Matahari di Baron Technopark kira-kira pukul 10.50an. Jadi memang nggak bisa benar-benar tepat.
Posisi Jam Matahari yang cukup tinggi membuat saya leluasa melihat sekeliling. Di depan, ada hamparan laut yang luas. Biru, warna yang sangat saya suka. Di sisi kiri ada panel-panel tenaga surya yang digunakan sebagai supplier energi listrik di tempat ini. Saat cadangan listrik dari tenaga surya habis, --masih menurut mas penjaga --maka secara otomatis kincir angin akan bergerak, dan berperan sebagai pembangkit listrik tenaga angin.
| kincir angin |
| Panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya |
"Listriknya buat warga sekitar juga mas..?"
"Nggak..cuma buat area Baron Technopark aja, soalnya sini kan kebutuhan listriknya tinggi..." Jawab satu-satunya narasumber saya siang itu. Ya mas-mas penjaga tadi☺☺
"Memangnya..?" tanya saya penasaran
"Iya..kan untuk proses penyulingan air laut menjadi air bersih. Air minum"
Oh.. Bisa ya, air laut diilangin kadar garamnya, trus diminum. Dibatin tentunya. Agak melongo saya. Maklum lah..anak jebolah IPS. Kuliah juga sosial-politik, mana ingat lagi saya sama tetek bengek pelajaran fisika-kima. Tahunya air laut diubah jadi garam doang๐๐
"Ibu...panas...ayo aku mau ke pantai yang bisa main air.." Udara di tempat ini memang panas. Jadi paling nyaman memang pagi atau senja sekalian. Kaminya aja yang nyampe sininya kesiangan. Konsekuensinya, dua bocil terus-terusan merajuk pengen pindah tempat.
Pindahnya ke mana...next postingan aja yaa.. Yang penting, rasa penasaran saya akan Baron Technopark sudah lumayan terobati. Meski info yang saya dapat juga cuma seuprit.
Trus poinnya apaa nih? Begini, seandainya ada yang mbaca postingan ini, dan pengen tahu lebih banyak tentang Baron Technopark...mendingan datangnya berombongan, atas nama instansi atau sekolah, tentunya setelah mengurus segala perijinan dan memenuhi semua persyaratannya. Pastinya akan lebih dapat banyak ilmu dan penjelasan. Tapi kalau cuma mau ngejar sunrise, penasaran sama Jam Matahari, atau berburu sunset..ya cukup minta ijin ke pak penjaga kayak kami barusan.
