Pengalaman Steril Sweeti, Si Mamak Kucing

4 komentar

Sterilisasi adalah proses pegangkatan organ reproduksi hewan, dalam hal ini kucing atau anjing, agar tidak lagi menghasilkan keturunan. 

Dalam proses sterilisasi kucing betina, rahim dan ovarium kucing akan diambil untuk menghentikan siklus birahi dan membuatnya tidak bisa hamil. Sementara pada kucing jantan, proses ini sering disebut juga sebagai neuter dimana testikel si kucing akan diangkat. Pihak yang berkompeten untuk melakukan tindakan ini adalah dokter hewan, dengan keadaan kucing dibius total.

Penting ya kucing disteril? Dulu pertanyaan itu pernah terlintas di benak saya. 

Sampai sekarangpun, pandangan masyarakat tentang sterilisasi hewan ini masih  pro dan kontra kok.

Pihak yang kontra tentu saja menganggap bahwa tindakan steril pada kucing hanya akan merampas hak kucing, yaitu berkembang biak. 

Steril kucing
Keluarga Mamak Sweeti. Satu Indukan dan 3 anak usia 2 bulan.

Dalam satu tahun, kucing bisa melahirkan sampai 3x. Misalkan saja, setiap lairan 3 ekor, berarti dalam satu tahun Sweeti bisa punya 9 anak. Merawat bayi kucing itu tidak hanya sekedar memberinya makan, tapi juga banyak hal-hal yang harus diperhatikan. Saya tidak sanggup, dan tidak tega jika harus menelantarkan mereka (misal membuang anak-anaknya). Steril, menurut saya adalah cara yang paling baik.

Sementara banyak pula yang menilai  bahwa langkah sterilasi kucing justru akan mendatangkan banyak kebaikan bagi kucing itu sendiri, seperti mengurangi populasi yang berlebihan, menjaga kesehatan kucing, memperpanjang usia kucing, dan juga mengurangi stress si kucing.

Untuk saya pribadi, kesadaran saya akan pentingnya steril untuk para binatang berbulu ini  berkat nge-follow akun @pedulikucingpasar dan juga @animalfriendjogja di Instagram; keduanya komunitas yang sangat peduli dengan nasib kucing-kucing terlantar. Coba deh intip  postingan-postingan mereka.

Steril Kucing Betina
Kucing sudah seperti bagian keluarga. 


Sebagai gambaran riil, jamak banget terjadi kucing mengalami nasib nelangsa  gara-gara ulah manusia. Kurangnya komitmen dan tanggung jawab, banyak kasus terjadi dimana memelihara kucing hanya sekedar untuk lucu-lucuan, giliran sudah beranak pinak dan tidak mampu mengurusi, kucing dibuang atau tidak dirawat dengan semestinya. Manusianya yang jahat kan kalau sudah begitu?

Jadi, sejak awal adopsi sweeti dari seorang teman, saya sudah punya niat kalau nantinya ia akan saya steril. Nunggu waktu yang tepat.

Awal tahun 2020, sweeti sudah terdaftar sebagai peserta steril bersubsidi; jadi  hanya merogoh 200 ribu untuk biaya sterilnya, sudah termasuk obat.  Tapi rupanya saya kecolongan. Si kucing sudah hamil duluan sebelum steril dilakukan. Ya sudah, steril dibatalkan, nunggu sampai proses lahiran.

Memilih Klinik Meoong Jogja Sebagai Tempat Steril Kucing

Steril Kucing Betina
Berangkat ke Klinik Meoong...

Menjadi peserta steril bersubsidi, resikonya harus rela antri karena kuota terbatas. Nggak mau mengulang kasus “kebobolan” maka saya memutuskan untuk mencari klinik hewan yang bisa melakukan proses steril, kalau bisa tidak begitu jauh dari rumah, pelayanan bagus, dan  biayanya juga terjangkau. 

Untuk biaya steril sendiri, memang ada perbedaan tarif antara kucing jantan dan betina. Karena prosesnya lebih rumit, hampir semua klinik mematok harga yang lebih tinggi untuk proses steril kucing betina.

Untuk tarif sendiri, antar klinik ternyata berbeda bahkan ada yang mematok sampai 1 juta untuk 1x steril include biaya rawat inap+obat. Udah mirip biaya lahiran bayi secara normal di bidan ya..waduh! 

Beruntung, beberapa bulan lalu ketika hendak membeli dryfood untuk si Mamak Kucing saya ketemu dengan Klinik Meoong yang berada tak jauh dari Kampus UMY, ringroad selatan Jogja. Jadi selain pet shop, penitipan kucing, Penginapan Meoong ini juga klinik untuk kucing. 

“Mba..bisa steril di sini?” tanya saya kepada mbak penjaga petshop
“Bisa.. Kalau mau steril ngabarin aja, satu hari sebelumnya”
“Berapa mba biayanya untuk kucing betina..bukan kucing ras”
“Disini ada subsidi, 200  ribu untuk kucing jantan dan 250 ribu untuk betina. Sudah termasuk obat.”

Nyicil lega. Paling tidak, sudah nemu tempat steril kucing yang biayanya masih ramah untuk kantong. Beberapa hari kemudian saya nyari-nyari review tentang Klinik Meoong melalui dunia maya dan semua review bilang bahwa klinik ini recommended untuk melakukan tindakan sterilisasi. Fixed, tinggal nunggu anak-anak kucing berusia 2 bulan, dan  cukup umur untuk disapih.

Hari Itu Tiba, Akhirnya Sweeti Steril!

Jumat siang, saya  ngabari Penginapan Meoong untuk rencana steril si Mamak Sweeti via WA di Hari Sabtu (11/4/2020). Dokter hewan Iin  yang membalas  chat saya langsung. Rupanya, tidak ada syarat khusus untuk melakukan tindakan steril/kebiri kucing di Penginapan/klinik Meoong,  yang penting si kucing sudah berusia lebih dari 6 bulan dan dalam keadaan sehat. Dokter hewan IIn menyarankan buat saya untuk datang jam 10 pagi, agar sweeti bisa dioperasi di hari yang sama.

“Nanti kucingnya dipuasakan paling tidak 6 jam ya..” Pesan dokter Iin

“ Baik dok...”

Niatnya mempuasakan kucing, tapi ternyata prakteknya saya nggak tega. Sabtu pagi, ketika kami sarapan si Mamak kucing saya beri sarapan juga. Bisa ditebak, jadwal operasipun mudur. Saya antarkan ke klinik pukul 10 pagi, si sweeti menjalani operasi pengangkatan rahim dan ovarium Sabtu siang menjelang sore.

Yaa..nggak bisa nungguin sweeti operasi deh.

“Nanti saya kirim foto..paska kucing operasi” Kata dokter Iin yang membuat saya sedikit lega.

Sorenya, dokter Iin mengirim sebuah foto Sweeti yang tengah terbaring, dengan plester luka di perut bagian bawah. Terlihat pulas, tapi kemungkinan besar karena obat bius yang masih bekerja.

“Masih bobok. Biar nginep di sini dulu..besok kalau sudah sadar penuh dan bisa dijemput, saya kabari” tulis dokter Iin. 

Foto yang dikirimkan Drh IIn beberapa jam pasca steril. 

Bersyukur karena tindakan operasi berjalan lancar. Tinggal menenangkan anabul-anabul yang dirumah, karena dua bulan lebih mereka ada..belum pernah tinggal terpisah dengan induknya. 

Hari-Hari si Mamak Kucing 1 Minggu Pasca Steril

H+1 atau hari Minggu, dokter Iin berkabar kalau si Mamak Kucing sudah sadar sepenuhnya dan bisa dijemput hari itu juga. 

Sebenarnya ada fasilitas untuk perawatan pasca steril  di Klinik dan Penginapan Meoong ini. Jadi kucing bisa diambil sampai luka benar-benar kering, dengan biaya rawat inap 20.000/hari belum termasuk makanan. Rata-rata luka operasi akan kering sekitar 5-7 hari setelah tindakan.

Tapi karena pertimbangan si Mamak punya 3 bocah yang masih relatif kecil, Sweeti kami jemput H+1 operasi.  Kondisinya terlihat lemah, tapi sudah mulai mau makan sedikit demi sedikit. Ada beberapa pesan dr Iin agar perawatan  pasca steril ini berjalan lancar diantaranya:

Memastikan si kucing tidak menjilat/atau menarik-narik plester luka. Tindakan grooming/menjilat badan dikhawatirkan akan membuat jahitan/luka pada bekas sayatan akan bermasalah. Demi keamanan, sweeti saya pakein e-collar.  Ya, resikonya memang gerak kucing jadi terbatas. Awal-awal menggunakan e-collar, malah kucingnya bingung dan make acara jalan mundur. Belum lagi anak-anak yang pada ketakutan gegara lihat mamaknya make kerah lebar di leher. Dihari ketiga kucing mulai terbiasa dengan e-collar, meskipun sesekali juga saya lepas, terutama waktu kucing tengah makan. Enam hari sweeti saya pakein e-collar, baru tadi siang saya lepas.

Tak perlu khawatir kalau si kucing susah makan. Efek bius, membuat perut kucing mual. Itulah kenapa kucing menjadi tidak tertarik dengan makanan, beberapa jam pertama pasca siuman. Kalau ia paksakan makan, resikonya muntah. Sweeti sediri, baru mau makan di hari Minggu. Itu juga wet food yang harga satu kaleng kecilnya bisa dibeliin lele 1,5 kg. Hari Selasa (H+3 pasca steril), barulah nafsu makannya lumayan membaik. Sudah doyan dryfood, meskipun belum banyak. Di jam-jam pertama paling tidak 24 jam pertama setelah operasi, wajar kalau si Kucing terlihat lesu dan mengisi banyak waktunya dengan tidur.  Sweeti yang biasanya cenderung cerewet, hanya sesekali mengeong, dengan volume suara yang lemah. 

Plester di perut, e-collar di leher dan juga rasa sakit/tak nyaman membuat gerak kucing terbatas. Dan pergerakan yang terbatas justru lebih bagus. Kucing sebaiknya di kandangkan atau dikamarkan.

H+1 dan H+2, si Mamak kucing masih taat untuk banyak diam dan tidur di kamar..  Tapi hari-hari berikutnya, ia mulai jalan-jalan di seputar area rumah. H+6, e-collar saya lepas dan saya biarkan anak-anak kembali menyusu, meskipun masih ada  plester di perut. 

Hari ini, genap satu minggu si Mamak kucing di steril. Pagi-pagi, sudah ikut senang karena plester Sweeti sudah bisa di lepas. Sudah membayangkan si anak-anak kucing  bakalan nyaman menyusu lagi di perut induknya. Apakah bayangan saya akan seindah kenyataan? Baca di postingan berikut:


Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

4 komentar

  1. Ternyata Mbak Sulis pencinta kucing sejati yaa, keren deh. Iya sih tidak semua yang suka kucing mau merawat dengan benar, adakalanya hanya buat mainan tapi kalau beranak dibuang.

    Kucing termasuk hewan dengan tingkat kelahiran yang tinggi ya mbak, maka sterilsasi salah satu usaha untuk menekan populasinya dan kita bisa merawat dengan lebih baik.

    Semoga Sweeti segera sembuh, bisa menyusui dan merawat anak-anaknya yang lucu-lucu itu :)

    BalasHapus
  2. Ooo jd ini si mamak udah ikut bpjs kucing ya.

    Biayanya segitu ya lumayan terjangkau ya

    Misalnya mau diprogram steril, paling ga tiap bulan bisa nabung 50 ribu selama 5 bulan dulu

    Semoga cepet sehat, sweetie

    BalasHapus
  3. Semoga kucingnya segera pulih

    BalasHapus
  4. Wah beruntungnya.. Biaya sterilnya murah bgt...
    Semoga kucingnya segera pulih..

    BalasHapus

Posting Komentar