Belajar Menjadi Content Creator Bersama Sahabat Keluarga Kemdikbud

8 komentar
Belajar menjadi content creator mendikbud

"Didiklah anak sesuai dengan era nya. Anak-anak tidak harus dijauhkan dari media elektronik seperti tv maupun gadget, karena alat-alat tersebut bisa menjadi media pembelajaran untuk anak-anak". 

Quote bijak ini saya dapatkan dari seorang Heri Hendrayana, atau biasa kita mengenalnya sebagai Gol A Gong salah satu pemateri dalam Workshop Content Creator Sahabat Keluarga Kemendikbud, yang digelar 18-20 Desember lalu, di Jayakarta Hotel, Yogyakarta.

Ok, saya akan menerapkan itu dalam mendidik anak-anak. Bukan jamannya lagi mengucap, "Jamannya Ibu dulu ...bla...bla.." karena faktanya, kondisi memang sudah jauh berbeda.

Selain workshop Content Creator, adapula Workshop Evaluasi Program Pendidikan Keluarga 2018, yang keduanya dibuka langsung oleh Dr. Sukiman selaku Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal PAUD Dan Pendidikan Masyarakat, Kementrian Pendidkan Dan Kebudayaan.

Workshop Evaluasi Program Pendidikan Keluarga 2018 sendiri dihadiri jajaran dinas pendidikan seluruh Indonesia, sementara workshop Content Creator diikuti beberapa Emak dan beberapa Bapak blogger Jogja, Solo dan beberapa daerah lainnya. Beruntung, karena saya termasuk salah satu di dalamnya.

Kenapa blogger?  Karena diharapkan nantinya para blogger inilah yang mampu membuat konten konten positif, entah itu dalam bentuk tulisan maupun video atau gabungan dari keduanya, yang mendukung pelibatan keluarga dalam pendidikan melalui  laman Sahabat Keluarga.

Meski di sessi opening 2 acara digabungkan dalam satu ruangan, namun di hari kedua dua acara yang memang berbeda segmen dan tujuan itupun dilakukan di ruangan terpisah. Yup! Selanjutnya waktu bagi para blogger untuk belajar menjadi Content Creator yang berkualitas.

Belajar Menulis Esai Bersama Gol A Gong

Kalau biasanya hanya melihat namanya di sampul buku, Yeyy..bisa ketemu.

Gol A Gong adalah nama pena dari Heri Hendrayana Harris. Sebuah kecelakaan di masa kecil, membuat ia kehilangan sebelah tangannya. Namun, itu tak lantas membuatnya berhenti dan berdiam merenungi nasib. "Kamu harus banyak membaca dan kamu akan menjadi seseorang dan lupa bahwa diri kamu tidak sempurna" Nasehat dari orangtuanya itulah yang menjadi pelecut semangat, hingga ia bisa seperti sekarang.

Di kancah sastra Indonesia, nama besar Gol A Gong tentu tak diragukan lagi. Ia  dikenal sebagai pendiri  rumah dunia; sebuah madrasah kebudayaan yang bergiat dalam bidang jurnalistik, sastra, film, teater, musik dan menggambar yang berlokasi di Serang, Banten.  Sampai ini, sudah 125 buku ia tulis, termasuk Balada si Roy. Belum termasuk tulisan-tulisan lainnya yang tersebar di banyak media.

Bertemu dan kemudian diberi waktu untuk belajar menulis bersama seorang tokoh sekaliber Gol A Gong, tentu merupakan kesempatan yang nggak boleh saya sia-siakan. Selama dua hari, kami belajar untuk menulis esai.

image : Fuji Rahman Nugroho

Jangan takut menulis esai, karena esai adalah wujud kepedulian kita terhadap lingkungan. Virus itu disebarkan Gol A Gong kepada semua peserta. 

Asyiknya, Gol A Gong mengemas materi kepenulisan ini dalam wadah yang menarik; melalui beberapa games dan juga praktek turun langsung ke lapangan. Sebelum
 ke lapangan, tentunya kami dibekali dasar-dasar ilmu terlebih dahulu, seperti misalnya:
  • Definisi esai itu tak perlu dihafalkan, cukup dimengerti. Bahwa pada dasarnya esai layaknya rasa pada sebuah karya kuliner; kaya akan subyektifitas, dan banyak kebebasan di dalamnya. Tentu saja, bebas yang bertanggung jawab.
  • Esai merupakan bentuk opini tertulis, dan merupakan satu jenis tulisan dalam jurnalistik yang termasuk dalam ranah kepenulisan kreatif (creative writing).

Secara mudah esai didefinisikan sebagai opini yang dituliskan dengan gaya sastra, dimana ada  permasalahan yang diangkat dan juga solusi yang ditawarkan oleh penulis. Agar nyaman untuk dibaca, setidaknya ada beberapa langkah yang harus dilakukan
  1. Melakukan persiapan, dan ini bisa dilakukan melalui serangkaian riset di lapangan dan juga dilengkapi riset pustaka. Kata kuncinya, kita mesti peka dengan apa yang terjadi di sekitar; banyak tempat yang bisa digunakan untuk mendapatkan ide tulisan. Kuncinya,  tajamkan indra, dan jangan lupakan 5W + 1 H
  2. Proses menulis. Bagaimana mengubah data yang sudah kita punya menjadi tulisan menarik dan juga enak dibaca. Banyak yang harus diingat, misalnya kita dianjurkan untuk membuat outline agar tulisan kita terarah, menggunakan bahasa yang sesuai dengan audience/target pembaca, dan tak lupa pula pilih judul yang menarik.
  3. Revisi, karena pada intinya tidak ada karya yang sukses tanpa melewati tahap revisi.

Sebagai penutup di sessi ini, saya dan teman-teman yang sudah dibagi dalam beberapa "keluarga" kecil di minta untuk melakukan riset sederhana dengan mengunjungi pusat perbelanjaan terdekat/transmart; mencoba untuk menemukan fenomena sosial yang menarik untuk dituangkan dalam ide tulisan yang berbentuk esai.


Lebih tahu tentang Proses Pembuatan Video


Konten yang menarik, kadang tidak cukup kalau hanya berisi tulisan dan juga foto sebagai pelengkap. Adakalanya, hasil karya video juga dibutuhkan untuk mendapatkan karya yang sempurna. 

Menonton sebuah karya film/video sih gampang. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya proses yang dilalui untuk mendapatkan sebuah tayangan yang "layak tonton" itu prosesnya cukup panjang. Masih dalam event yang sama, Muhammad Iqbal salah satu sineas muda dari Film Maker Muslim berkenan hadir sebagai mentor, dan berbagi ilmu dengan kami, para blogger.

Mas Iqbal mengawali penjelasannya siang itu dengan berbagai hal-hal teknis yang terkait dengan pembuatan video/film, seperti misalnya  teknik-teknik pengambilan gambar, tahapan-tahapan dalam pembuatan film, kru yang terlibat, plus jobdesknya masing-masing. Ah.. hari itu kami berasa jadi mahasiswa jurusan broadcasting 😀 

Tak hanya itu, karena kamipun juga diberi kesempatan nonton bareng film pendek besutan Film Maker Muslim, Cinta Subuh.

Kamu sudah nonton belum?Kalau belum, tonton gih di Youtube! Keren lho pesannya!

Image: Fuji Rahman Nugroho


Image: koleksi pribadi
Dengan Breksi sebagai latar belakang, kita ditantang untuk memmbuat video dengan tema Bebas berdurasi 60 detik

Teori doang? Nggak lah. Secara berkelompok, saya dan teman-teman blogger juga diberi challenge untuk membuat video pendek berdurasi 1 menit, dengan mengambil Tebing Breksi sebagai setting lokasi. Temanya: Bebas. Tahapan pra-produksi-pasca produksi diserahkan sepenuhnya kepada anggota team. 



Setelah semua karya terkumpul, tentu saja hasil karya kami dievaluasi. Banyak kekurangan pastinya, seperti gambar yang masih goyang, suara noise yang belum bisa keredam, dan juga editing yang belum rapi. Namanya juga belajar. Yang pasti, setelah ini harapannya kami bisa berkarya lebih baik lagi.


Kesempatan ngumpul di dunia nyata, setelah sebelumnya banyak bertegursapa di dunia maya . image: Fuji Rahman Nugroho




Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

8 komentar

  1. Hai mbaaa Sulis, salah satu manfaat ikutan acara blogger yaaa nambah temen, nambah ilmu. ��

    BalasHapus
  2. Mantep rangkuman reportasenya, salut untuk emak blogger...
    Salam

    BalasHapus
  3. Keren banget acaranya 😍 Ketagihan deh rasanya, hehe

    BalasHapus
  4. Seru padat materinya. Cuma yg film aku merasa kurang karena basic kita vlog, bukan film.

    BalasHapus
  5. Oleh-oleh yang bermanfaat. Terima kasih sudah berbagi. Dan, senang karena blogger diakui sebagai salah satu ujung tombak content creator.

    BalasHapus
  6. Btw mbak, aku sebenernya masih nggak mudheng dengan materi videografi itu. Hihi

    BalasHapus
  7. Materinya ciamik banget ya, terutama yang dari Mas Gol A Gong, duh mupeng aku pengin belajar nulis esai yang cakep. Langsung praktekin di blog, Mbak.

    BalasHapus
  8. Aq setuju banget ama kutipan di awal tulisan tuh. Mendidik anak memang harus disesuaikan dg zamannya. Yg paling penting sih bagaimana mengajarkan anak utk bijak menggunakan teknologi jd dia bs memanfaatkan teknologi scr maksimal. Bukan diperbudak teknologi.

    BalasHapus

Posting Komentar