Mumpung lagi libur Waisak...beberapa hari sebelumnya kami sudah merencanakan pergi mengajak anak-anak ke tempat nenek. Yeah..beberapa kerabat dan nenek moyang suami saya memang tinggal di Kecamatan Wadas Lintang. Sekalian memaksimalkan acara liburan, maka selain acara silaturahmi dan temu kangen dengan keluarga, siang itu kami mampir di kawasan Waduk dan Bendungan Wadas Lintang.
Tempat wisata ini punya Kebumen, atau Wonosobo yaa? Ah, milik siapa....kayaknya nggak terlalu penting :-) Yang pasti, posisi waduk ini memang berada di area perbatasan Kebumen dan Wonosobo. Yang penting, tidak terlalu jauh karena saya membawa 2 anak kecil dan prasarana untuk sampai ke tempat wisata mudah untuk dilalui. Setahu saya, dari Jogja tempat ini bisa dijangkau setidaknya melalui dua jalur, utara dan selatan. Jalur utara berarti melewati Magelang-Purworejo-Kutoarjo -Prembun lalu naik ke wilayah Wadas Lintang. Jalur selatan melalui jalan Jogja -Wates-Purworejo-Kutoarjo-Prembun (Kebumen)-Wadas Lintang. Saya dan keluarga pernah mencoba ke dua rute tersebut, dan ternyata selisih jarak dan waktu tempuh terpaut tak begitu jauh, sekitar 2,5 jam perjalanan.
Medan menuju areal waduk gimana?
Untuk sampai ke waduk Wadas Lintang, paling mudah memang dengan kendaraan pribadi. Tapi bisa pula dengan kendaraan umum, dalam hal ini bis. Jalan pegunungan yang berkelok, memang menuntut stamina kendaraan yang prima, jadi lebih baik cek dan re-cek dulu sebelum berkendara. Bagi yang punya bakat mabuk kendaraan, mending tutup mata trus bobok manis saja. Tapi yang hobi liat hijaunya alam pegunungan, waktunya buka mata lebar-lebar, nikmati indahnya tanah pertanian ala pegunungan yang ditata secara terasering. Cantik banget!
Nah, setelah sekitar 20 menit melewati jalan berkelok, wadukpun akan segera tampak di depan mata. Oh, ya..untuk memasuki kawasan wisata waduk, pengunjung dikenai tarif Rp.5000/pengunjung. Tarif yang sangat ramah untuk ukuran kantong rakyat jelata seperti saya.
Klo lihat waduk, saya kok langsung ingat era Suharto dulu. Pas masih kecil, kayaknya sering banget lihat di TVRI pak presiden ini ngresmiin waduk. **maklum, dulu TVRI saluran tv paling keren karena memang satu-satunya yang ada.
Tapi memang waduk ini di bangun pas jamannya Presiden Soeharto kok. Dibangun ditahun 1982 dan baru selesai 6 tahun kemudian, alias diresmikan di tahun 1988. Pada masa pembangunannya, waduk ini menenggelamkan 9 desa dan mem-bedol desakan ribuan warganya, baik ke daerah sekitar yang 'aman' dari genangan waduk dan juga ke area transmigrasi di luar Jawa. Memiliki luas sekitar 113 ha, dalam pembangunannya waduk ini melibatkan dua kontraktor yakni Hydro Resource Corporation asal Filipina dan Kontraktor dalam negeri, PT. Brantas Abi Praya. Sampai sekarang, waduk Wadas Lintang difungsikan sebagai penyangga irigasi utama untuk berhektar-hektar lahan pertanian di Wonosobo dan juga Kebumen, PLTA, dan juga pariwisata.
![]() |
| perahu yang siap membawa pengunjung mengelilingi waduk |
![]() |
| air sejauh mata memandang |
Luasnya waduk, juga dimanfaatkan penduduk sekitar sebagai lahan pemeliharaan ikan dengan sistem keramba. Umumnya petani ikan di sini membudidayakan jenis ikan nila dan patin. Sebenarnya, pengunjung bisa saja berkeliling waduk dan melihat budidaya ikan keramba lebih dekat dengan perahu mesin tempel yang disewakan, tapi rupanya sulung saya nggak berani, takut perahu tenggelam, katanya:-)
Di hari libur atau akhir pekan, rupanya waduk ini juga menjadi surganya para pemancing. Red devil dan Nila, adalah jenis ikan yang sering mereka dapatkan, untuk mereka jual langsung ke pengunjung, atau mereka bawa pulang.
Musim penghujan yang belum begitu lama berlalu menjadikan air waduk tampak penuh. Air waduk yang terhampar luas, dengan bukit-bukit hijau sebagai pembatas, menghadirkan pesona alam yang sayang kalau saya lewatkan.
Puas melihat seputaran waduk, suami memilih mengarahkan kendaraan ke sisi jembatan Wadas Lintang. "Spionnya dilipat dulu saja Mas, " Kata petugas jaga yang mengingatkan suami yang duduk di belakang kemudi sebelum memasuki jembatan.
Jalan masuk menuju jembatan memang sengaja diberi besi pembatas. Artinya, tak semua pengunjung bisa melintas diatas jembatan, hanya pemotor dan pemakai jenis kendaraan kecil yang bisa masuk jembatan ini. :-) Bagi rombongan dengan bis? Silakan jalan kaki....tidak terlalu jauh kok. Saya juga tidak tahu persis alasannya, tapi sepertinya demi alasan keamanan dan mempertimbangkan kekuatan jembatan. Demi keamanan dan keselamatan bersama, nggak apa-apa lah yaa...:-)
Dari atas jembatan....wuih, pemandangan alam yang tersaji benar-benar menakjubkan! Dari atas, tampak "rumah" turbin PLTA wadas lintang, Sungai Badegolan yang berkelok, dan areal sawah yang menghijau. Benar-benar seperti lukisan alam yang sungguh indah. Saya bersama putri saya yang masih batita memilih menikmati keindahan alam ini dari tempat yang berpagar. Sementara suami dan Raka memilih menjajal nyali, melewati bukit untuk melihat rumah turbin secara lebih dekat lagi. Hijaunya rumput di seputaran bukit, ternyata menjadi surga pula bagi para binatang ternak rupanya.
![]() |
| mejeng bareng domba 👦 |





