Takdir membawa kami ke Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu

mangrove pantai pasir kadilangu


Wkk..judulnya kayak sinetron. Tapi memang awalnya tujuan kami ndak  ke Hutan Bakau Pantai Pasir Kadilangu. Begini cerita selengkapnya..

Tak Sengaja Berlabuh di Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu

Minggu pagi, awal Desember. Mumpung libur, daripada di rumah anak-anak cuma nge-gadget mlulu, oke lah...kami pengen ajak anak-anak melihat secara langsung hutan bakau.  Masalahnya, Raka yang sudah mulai harus mengerti mana akar tunggang-mana serabut masih sering salah sebut, ia pikir tanaman bakau sama dengan tembakau. Masih sering kacau pokoknya.

Masalah kedua, saya dan suami pun belum pernah maen ke lokasi hutan bakau. Jogja hanya punya dua lokasi hutan bakau, satu di Bantul dan satu lagi di Kulon Progo, cuma yang lagi ngehits sepertinya yang di Kulon Progo. Deal, akhirnya kami sepakat ke Kulon Progo, tapi memang belum tahu lokasi persisnya.

Mengandalkan navigator, akhirnya sampai juga di di sebuah desa di tepi jalan Deandels Kulonprogo. Ada papan petunjuk besar, bertulis hutan mangrove Wanatirta. Oke, berarti ketemu. Kemudian kami masuk mengikuti anak panah, masuk ke sebuah kampung yang belakangan saya tahu namanya Desa Jangkaran, Temon, Kulonprogo. 

Ternyata begitu di dalam kampung, ada beberapa anak panah, dengan arah yang berbeda, dengan nama yang berbeda pula. Hutan Mangrove Wanatirta menjadi tujuan utamanya..walaupun sebenarnya ada Hutan Mangrove Jembatan Api-Api, Maju Lestari,  tapi oalah..mobil kami nggak bisa masuk ke Mangrove Wanatirta. Jalanan terlalu sempit untuk kendaraan roda 4.

Akhirnya kami putar haluan, mengikuti anak panah yang lain, dengan harapan menemukan hutan bakau yang lebih mudah dijangkau dan dilengkapi sarana parkir, hingga sampailah kami di Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu.

mangrove kulon progo, pantai pasir kadilangu
Masih pagi, jadi sepi. Jalan setapak itu yang akan mengantar pengunjung menyusuri hutan mangrove


Yess! Di sini area parkir besar. Sarana prasarana mulai toilet, mushola, warung pemadam kelaparan ada semua. Kami berempatpun siap-siap mengeksplore keindahan hutan bakau ini. Untuk itu semua, kami cukup membayar 15 ribu rupiah dengan perincian 2 tiket masuk @5000, dan parkir 5000 pula. Nggak tau, ternyata Raka dan Alya nggak kena charge tiket masuk.

jembatan hutan mangrove

"Udah..kita bergegas aja..soalnya keburu hujan." Pesan pak Suami. 

Ya sudah, karena faktor cuaca, kami hanya memilih menyusuri jembatan utama, menerobos rimbunnya bakau, sambil sesekali berhenti sebentar melihat diantara akar-akar bakau. Banyak ikan menyerupai lele berenang kian kemari. Oh..pantesan, tadi ada pengunjung yang sekalian mbawa pancing. Ternyata bisa mancing pula di tempat ini.

magrove kulon progo


Ayah yang baik, adalah ayah yang mau gendong anaknya😀
"Ka..dilihat dan diingat baik-baik..ini ekosistem hutan bakau. Tumbuhan ini ditanam untuk menahan abrasi..ya karena bentuk akarnya itu. Diingat ya..beda sama tembakau, kalau tembakau itu..daunnya yang dipakai, buat rokok". 

Dasar emak-emak...acara jalan-jalan, tetep aja ada insertan materi pelajaran. Hi..hi..hi. Kalau mau dan memang hobi ber swa-foto, banyak sekali spot-spot foto bertemakan cinta di hutan mangrove pantai Pasir Kadilangu ini, tapi ah, itu nanti dulu.. Saya lebih suka berjalan membelah jembatan utama, lalu berjalan diantara tambak-tambak milik petani. Oh, iya seandainya mau..ada juga fasilitas mengelilingi hutan bakau dengan perahu, dengan biaya  5000 rupiah/orang.

Pantai Pasir Kadilangu, sebuah Keindahan yang (mungkin) terlupa

Setelah lepas dari berpetak-petak tambak, ada pemandangan lain  yang bagi saya justru lebih menarik daripada spot-spot foto yang tadi saya lewati. Yup, pantai dengan hamparan pasir yang luas dan landai. Anak-anak juga bersorak, di sini mereka bisa berlari, tertawa, dan berteriak bebas. 

Pantai Pasir Kadilangu
Pantai sepi..jadi serasa di pulau terpencil
Sebenarnya pantai ini cantik. Selain ombak yang relatif tenang, saya juga bisa melihat perahu-perahu nelayan yang diombang-ambingkan ombak di tengah lautan.Tapi satu sayangnya, tempat ini kotor. Di sisi timur..tak jauh dari muara sungai, buanyak sekali sampah. Uh! Dimana-mana sampah memang jadi masalah.

Semakin ke barat, kondisi bibir pantai semakin bersih. Dari pantai ini juga, kita bisa ke area hutan mangrove Jembatan Api-Api. Tapi mereka beda pengelola lho..dan memang posisinya segaris.

Sempat berteduh di areanya mangrove Jembatan Api Api


Aslinya masih pengen berlama-lama di pinggiran pantai, tapi sayang lagi-lagi gerimis. Tanpa payung, anak-anak tanpa penutup kepala..akhirnya, balik lagi ke area hutan mangrove. Ah, cari sarapan meski statusnya sudah kesiangan, sepertinya ide bagus!!


Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts