ASPD Jogja dan OTW menuju SMP

Posting Komentar


 

ASPD SD Muhammadiyah Sleman
Doc: SD Muhammadiyah Sleman, Yogyakarta 

"Hari ini ASPDnya sudah selesai..setelah ini kalian tetap harus berdoa, semoga nanti  nilainya bagus, SD Muhammadiyah Sleman  bisa juara 1 provinsi...

"’Aamiin”

Dialog guru-murid  yang saya dengar dari parkiran penjemputan,  beberapa minggu yang lalu

Suara anak-anak terdengar lantang. Mungkin karena habis makan siang. Atau bisa jadi karena “beban” mereka sudah hilang. Maklum saja, semenjak awal kelas 6, partner mereka adalah soal. Dari pagi sampai siang,  mereka bergelut dengan sekian banyak latihan soal dan fokus ke ASPD, demi mendapatkan skor terbaik.

Dengan model assessment seperti ini, anak-anak punya semacam alat penyemangat untuk belajar. Iya, karena hasil dari ASPD (berupa akumulasi skor) digunakan sebagai syarat wajib dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya. Bahkan, anak luar Jogja yang hendak bersekolah di Provinsi Yogyakarta, diwajibkan mengikuti ASPD dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh dinas terkait. 

Seingat saya, ASPD hadir karena dihapuskannya Ujian Nasional oleh pemerintah. Jadi ketika pelajar-pelajar di kota lain hanya menggunakan raport, dan juga modal zona  sebagai alat perjuangan untuk menuju sekolah yang diinginkan, Jogja masih punya ASPD ini. Program yang bagus menurut saya.  Kalau nggak begitu…bisa jadi anak-anak kurang termotivasi. 

OTW Putih Biru

Sekarang hasil skor ASPD sudah keluar. Sama seperti harapan, rata-rata perolehan nilai untuk semua siswa SD nya Alya menjadi yang paling tinggi se provinsi Yogyakarta. Skor Alya sendiri? Alhamdulillah, mudah-mudahan nanti dimudahkan ke sekolah idaman, saat masa pendaftaran siswa baru di SMP sudah tiba.

Berapapun hasilnya, toh sudah diusahakan. Satu yang saya tidak lupa adalah, generasi anak-anak SD yang lulus di tahun 2025 ini adalah anak-anak istimewa. Kelas satu mereka bahkan tak tuntas gara-gara Corona. 

Hampir dua tahun berikutnya, anak-anak dipaksa belajar dari rumah, dalam kemasan BDR yang menurut saya kurang efektif.  Wabah melandai, dan anak-anak SD masuk kembali sekolah di kelas 3 akhir kala itu. 

Sebagai orangtua, sempat terbersit kekhawatiran; bisa nggak ya menyesuaikan dengan pelajaran, karena materi yang diberikan toh tetap sesuai dengan kurikulum nasional, otomatis otak mereka serasa dikondisikan "jumping" kan?   Awal masuk sekolah (kembali) saya tahu generasinya Alya ini harus melakukan banyak sekali penyesuaian.

Alhamdulillah kecemasan saya sepertinya tidak terbukti. Toh endingnya..mereka bisa melakukan dan menuntaskannya dengan baik. Kelas 6 telah mereka selesaikan. Kalau di drakor, happy ending.

Bangga dan salut untuk anak-anak Angkatan 2025, termasuk Alya. Tinggal hitungan hari, anak-anak  akan menikmati masa merah-putih dan berganti menjadi putih-biru. Kedepannya, semoga dimudahkan dan dilancarkan semua langkah mereka 


Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar