Migrasi TV dari Analog ke TV Digital, Nggak Nyesel!

2 komentar

Tahun depan, pemerintah akan melakukan penghentian siaran analog. Digitalisasi televisi atau migrasi digital adalah proses yang mau tidak mau akan kita hadapi. Sebagai penikmat tayangan TV, sudah mempersiapkan diri dengan kebijakan ini?

Migrasi dari analog ke tv digital
Si Modi

Diantara sekian banyak media informasi dan hiburan, keluarga saya termasuk yang masih suka menonton televisi.  Anak-anak terutama. Saat mereka bosan, biasanya duo Raka-Alya  memilih menonton tayangan TV favorit; dari Sponge Bob, Upin-Ipin, Keluarga Somat, Detektif Conan sampai Dunia Binatang nya Trans7. 

Saya sendiri, selain rajin masak, nyetrika, beres-beres rumah, ngecek medsos kadang masih nonton tv juga klo pas nemu film bagus, program yang menarik, atau sekedar liat tayangan berita  ghibah selebritis.

Kok nggak lewat smartphone? Ada sesuatu di TV yang nggak bisa dinikmati lewat handphone.  Layarnya lebih gede, jadi berasa lebih nyaman. 

Tapi...TV di rumah kebetulan belum smartTV. Waktu membeli memang disengaja, agar kontrol tayangan ke anak-anak bisa lebih mudah. Lebih hemat juga pertimbangannya, karena dengan tv biasa kami nggak perlu membayar biaya langganan wifi. Pertimbangan lainnya waktu itu pilihan channel tv nasional yang ada di Indonesia, kami rasa  sudah cukup. 

Hingga kemudian suatu hari, saya ikut sebagai peserta webinarnya Kominfo soal rencana Analog Switch Off (ASO).  Perlu diketahui, sesuai dengan Undang-Undang nomor 11 tahun 2020,  Indonesia akan melakukan penghentian siaran televisi teresterial analog dan beralih ke digital. Dan sekarang statusnya sedang masa peralihan.

Rencana asal, proses ASO ini akan dilakukan tahun ini, tapi karena kondisi pandemi maka pemerintah memutuskan untuk menundanya dan mematikan siaran tv analog  secara bertahap, mulai bulan April sampai dengan paling lambat 2 November 2022. 

Dalam forum tersebut, dipaparkan juga kelebihan-kelebihan yang bisa kita nikmati saat menyaksikan siaran TV digital. Kelebihan-kelebihan ini yang membuat saya penasaran, benarkah sinyal  digital lebih baik dari pada sinyal analog?


Memutuskan Migrasi dari TV Sinyal Analog ke Digital

Kualitas gambar tv digital

Menurut informasi yang saya dapatkan, seandainya  tidak terjadi perubahan jadwal, proses analog switch off untuk wilayah Yogyakarta akan diberlakukan bulan November 2022. Masa-masa ini mengingatkan saya ke era 90-an awal ketika tv di rumah masih hitam putih dan harus melengkapinya dengan decoder saat semua stasiun Tv pindah dari VHF ke UHF. Yang akan terjadi besok, kurang lebih sama. 

Sebenarnya apa beda TV analog dengan digital? Ini pertanyaan utama saya dulu, dan bisa jadi  pertanyaan banyak orang juga.  Maklum lah, saya anak IPS yang untuk urusan teknis seringkali lemot. 

Setelah googling, rupanya perbedaan mendasar antara sinyal analog dan digital adalah  pada jenis sinyal yang ditransmisikan. Sinyal TV analog mirip dengan sinyal radio. Pada TV analog, sinyal video ditransmisikan dalam AM, sedangkan audio ditransmisikan dalam FM. Resikonya, sinyal akan mudah mengalami gangguan entah karena faktor geografis maupun cuaca. 

Pernah ngalami gambar penuh "semut" dan suara kemrosak kan? Nah, itu sisi buruknya sinyal analog. Sementara sinyal dalam TV digital ditransmisikan dalam bentuk bit data. Inilah yang kemudian mempengaruhi kualitas gambar dan suara. 

Dalam format digital, gambar yang diterima TV ada dua kemungkinan tidak tampak sama sekali (karena sinyal lemah atau bahkan belum terjangkau sinyal) atau gambar sangat bersih dengan kualitas suara yang juga jernih. 

Sampai sini bisa paham? Anggap aja paham ya😊  Selain gambarnya bersih, suara jernih, kelebihan lain tv digital adalah dia hemat. Tidak harus  membayar langganan, tidak  menggunakan  kuota internet pula. 


Cek-Cek Sebelum Migrasi ke Sinyal Digital

Ada dua hal pokok yang wajib dicek sebelum memutuskan untuk migrasi.

Pertama, pastikan dulu wilayah tempat tinggal terjangkau oleh sinyal digital. Nah,  terjangkau atau tidaknya, bisa dicek melalui aplikasi SinyalTVDigital

Caranya gampang yaitu dengan mendownload aplikasi via playstore. Dari aplikasi ini nantinya kita mendapatkan informasi  di wilayah (lokasi yang aktif) channel apa saja dan seberapa besar kekuatan sinyal yang bisa kita tangkap

Di wilayah saya tinggal,  ada 29 channel yang bisa terjangkau oleh transmitter stasiun TV, tapi sayangnya tidak semua memiliki sinyal digital yang kuat. 

Aplikasi cari sinyal digital
CariSinyalDigital App

Kedua, memastikan dulu TV nya support. Kalau tv jadul atau bentuk tabung, bisa dipastikan masih bekerja di sinyal analog.  Bahkan, tv dengan body tipis layar LED pun masih banyak yang hanya bisa menerima sinyal analog

Satu-satunya solusi untuk bisa menangkap saluran TV digital adalah melengkapinya dengan Set Top Box (STB). Set Top Box inilah yang nantinya akan mengkonversi sinyal digital menjadi gambar dan suara yang dapat ditampilkan di TV analog biasa


Set Top Box digital
Set Top Box


Ada banyak merk Set Top Box yang beredar di pasaran. Tapi saya ingat pesan salah satu narasumber waktu mengikuti webinarnya Kominfo, yaitu dengan hanya membeli Set Top Box yang sudah bersertifikat dengan ciri-ciri ada gambar Si MODI di bagian kemasan. Karena alasan ini, saya kemarin milih merk Akari. 


Setelah Pindah ke Sinyal TV Digital, Bagaimana Hasilnya?

Apakah setelah migrasi ke sinyal digital, tampilan TV lebih nyaman dilihat? Iya, beneran lebih jernih memang. Tidak ada lagi “semut” atau suara kemrosak meskipun cuaca sedang mendung atau hujan deras. Selain channel yang lebih beragam, kualitas gambar juga lebih stabil. 

Sayangnya beberapa stasiun status sinyalnya masih lemah, dan tidak bisa ditangkap meskipun dirumah sudah menggunakan dua antena UHF dan juga antena  digital. Ada beberapa stasiun yang gambarnya nge-lag atau putus-putus karena sinyal. Sampai hari ini, dari 29 channel yang ada, sekitar 17 channel TV yang kondisi sinyalnya stabil dan bisa kami nikmati dengan baik. 

Semoga kedepannya sebelum sinyal analog benar-benar dimatikan, sinyal digital yang masih statusnya lemah  ditambah kekuatan dan daya jangkauan.  Tentu saja agar bisa semakin nyaman dinikmati penonton setianya.


Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

2 komentar

  1. Nunggu semua stabil dulu deh aku. Biasanya kan di kota-kota besar dulu, yg di wilayah jauh dr kota besar baru bisa ikut di tahap berikutnya.

    BalasHapus
  2. Nah, memang tv analog sekarang udah sulit banget dibuat terlebih kalaupun diperbaiki harganya mahal karena sudah kuno. Waktunya ganti ke digital, nih.

    BalasHapus

Posting Komentar