Lima Jajanan Tradisional   yang Tak Lekang Oleh Jaman

Sepertinya, semua anak-anak pasti suka kalau ibunya pergi belanja. Ada yang ditunggu dan dinanti soalnya begitu sang Ibu pulang. Benar! Oleh-olehnya. Jaman berganti, waktu berlalu, tapi ada beberapa jajanan tradisional alias oleh-oleh khas  yang menurut saya masih lestari sampai sekarang. Saat berbelanja di pasar, saya masih sering membeli salah satu atau beberapa diantaranya. Pertama, saya memang suka, kedua..biar anak-anak  nggak lupa dengan panganan lokal daerah asalnya. 

"Ini apa tho Bu..." paling begitu komentar pertama anak-anak. Berikutnya, adalah melihat ekspresi mereka yang aneh saat pertama mencicipnya. Kadang mereka akan langsung berhenti di suapan pertama, kadang juga langsung melahap, dan minta suatu saat minta dibelikan lagi.

Tapi ya sudahlah...maklum saja dengan anak-anak jaman sekarang, karena hampir tak ada jajan pasar yang diiklankan di tv apalagi tergambar di papan iklan pinggir jalan. Sehari-hari yang mereka lihat adalah produksi-produksi pabrik yang lebih eye catching di mata anak-anak. 

1. Kipo

Panganan manis yang berbentuk bulat memanjang seukuran ibu jari. Cara finishing kue tradisional ini cukup unik, yaitu dipanggang diatas cobek tanah liat. Ini juga yang menjadikan Kipo beraroma khas yang bagi lidah saya, sangat menggoda.

Sumber foto http://ensiklo.com

Secara historis, konon kata 'kipo' merupakan akronim dari kata 'iki opo' ( ini apa, Jawa). Sebuah sumber menyatakan bahwa pada awalnya Kipo adalah cemilan khas pada jaman kerajaan Mataram Islam. Keberadaannya sempat menghilang alias langka, hingga seorang warga Kotagede menghidupkannya kembali di era pertengahan 80-an. Ini juga yang menjadikan Kipo gampang di cari di seputaran Kotagede. 

Rasanya yang enak, menjadikan Kipo cepat menyebar. Saya yang kini tinggal lumayan jauh dari asal-muasal Kipo, masih bisa menemukan Kipo dengan mudah, dengan rasa yang tak kalah enaknya.

2. Klepon

Bentuknya bulat seukuran bakso, dan hampir semua klepon yang saya jumpai berwarna hijau yang kemudian akan semakin terlihat cantik dengan balutan kelapa parut yang berwarna putih.

Foto dari https://id.m.wikipedia.org

Bahan dasar pembuat klepon adalah tepung ketan, ini juga yang memberikan efek kenyal pada makanan ini. Sensasi yang saya nanti saat ngemil klepon adalah saat cairan gula merah yang ada dalam bulatan kue tradisional ini meleleh alias melumer di mulut. Hmmm...yummy

3. Cenil


Sumber foto: http://www.jogjaland.net

Yang paling menarik dari panganan tradisional ini pertama kali adalah warnanya. Rata-rata cenil yang saya kenal berwarna hijau-merah-dan putih. Setelah itu rasa manis-gurihnya yang bagi saya ngangeni. Bahan dasar pembuat kue ini adalah tepung tapioka, hingga nggak aneh..saat makanan ini dikunyah, serasa nggak ada putusnya . Tapi karena inilah Cenil banyak di suka.

4.Gatot-Tiwul

Merupakan dua sejoli, yang asli Wonosari Gunungkidul.  Gatot-Tiwul, keduanya berbahan dasar gaplek, yaitu singkong yang sudah diawetkan melalui proses penjemuran dalam waktu yang cukup lama. 

Sumber foto: http://www.tokomesin.com

Sama seperti kebanyakan kue-kue asli Jogja, Gatot-tiwul juga berasa manis. Sama seperti rekan-rekannya, persebaran kue ini juga cukup luas; gampang dicari di wilayah selain Gunung Kidul. Bahkan seiring perkembangan kuliner, Gatot-Tiwulpun makin tampil kekinian dengan berbagai tambahan perisa, sehingga semakin kayarasa. 

5.Gethuk

"Gethuk....asale soko telo....." 
Tiba-tiba saya ingat petikan lagu jadul yang kalau nggak salah penyanyinya bernama Nur Afni Oktavia. Saking merakyatnya gethuk bagi orang Jawa, sampai-sampai dijadikan judul lagu segala.

Sumber foto: www.resepmakananpraktis.com

Kue khas ini memang berbahan dasar singkong, ubi, atau orang Jawa menyebutnya Telo. Pada dasarnya, gethuk dibuat dari singkong yang direbus, kemudian dihaluskan, dicampur dengan kelapa dan gula, hingga lagi-lagi, makanan ini juga berasa manis. 

Ada beberapa varian gethuk yang saya tahu, dan yang membedakan antara mereka adalah tingkat kehalusan saat menghaluskannya, dan juga tampilannya. Ada gethuk yang diiris, gethuk lindri yang berbentuk seperti mie yang ditumpuk, dan juga gethuk magelang yang tampilannya lebih mini.

Wow, benar-benar Indonesia itu kaya. Itu, baru seuprit dari kekayaan kuliner tradisional yang kita punya. Melupakan dan meninggalkan mereka? Jangan! sayang soalnya. Makanya tinggalin coment tentang jajan tradisional favoritmu yuk temans :-)

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts