Beberapa hari belakangan, area teras rumah saya kerasa banget sepinya. Kadang cuma ada Oyen yang rebahan di rak sepatu. Bisa jadi ia pun punya pikiran serupa; "kok sekarang rumah sepi yaa"
Biasanya, setiap mendengar suara pintu terbuka, Coki...kucing tetangga seberang jalan segera berlari ke teras, menunggu jatah makan.
Setelah Coki, lantas datang menyusul si Emak telon, Oreo Mini, Gembul, dan juga si Beng-Beng. Semuanya kucing tetangga seberang jalan. Setiap jam makan, teras saya kayak dipake arisan para kucing. Bisa jadi karena saya sering ngasih mereka dryfood atau lauk sisa makan.
![]()  | 
| Chia, Mamak Telon, Mini Oreo | 
Kalau semua berkumpul, bisa lima ekor lebih, plus 2 kucing di rumah; Chia dan Oyen. Setelah kenyang, kadang mereka nongkrong di kolam, atau gegoleran di konblok. Kadang pada latian gelut, berlarian. Kebayang kan ramenya😀
![]()  | 
| Chia sedang latihan gelut sama Coki | 
Hingga kemudian, cerita sedih mewarnai masa pergantian musim tahun ini. 
"Kucinge sik coklat mati dek Lis..." Bude Pawiro, mengabarkan tentang Coki, kucingnya yang meninggal. Hari berikutnya, kabar kematian kucing iti datang lagi. Bertubi-tubi. Oreo mini, anak-anak mamak telon yang masih kecil, semuanya meninggal dengan gejala awal tidak mau makan, lemas, mulut berair, dan kemudian mati. 
Gawat! Panleukopenia atau distemper, virus mengerikan untuk kaum kucing rupanya tengah mewabah di sekitar rumah. Saya pernah membaca, penyebaran virus ini sangat cepat, dengan tingkat kematian yang begitu tinggi, terlebih untuk kucing-kucing yang belum divaksin.
Kok kucing-kucingnya nggak pada divaksin atau langsung bawa ke dokter hewan? 
Saya tinggal di pedesaan. Masyarakat agraris. 
Tujuan utama  memelihara kucing bagi Bu De Pawiro dan kebanyakan yang lain  rata-rata adalah untuk menghalau tikus, mengamankan hasil panen. Bukan untuk klangenan, hobi, atau agar punya sesuatu yang diuyel-uyel. 
Memberikan Treatment untuk kucing seperti steril, vaksin, dan kunjungan ke dokter hewan sepertinya terlalu muluk untuk kebanyakan masyarakat. Mengeluarkan dana ekstra ratusan ribu "hanya" untuk seekor kucing, bukanlah perkara mudah. Apalagi di situasi sulit seperti ini. 
Baca juga: P3K para kucing
Sebagai seorang tetangga, saya cuma bisa mbantu berdoa dan berharap, semoga wabah kucingnya tidak sampai ke rumah. 
Panleukopenia Merenggut Nyawa Kucing Saya
![]()  | 
| Chia si bulu hitam-putih | 
Sayangnya, tak semua doa dan harapan dikabulkan.
Singkat cerita, suatu hari giliran Chia yang mengalami nasib serupa teman-teman mainnya yang sudah "pergi" mendahului.  Susah makan, lanjut diare, mulut berair.
Dihari pertama gejala muncul, Chia saya bawa ke dokter hewan. Sayangnya, Chia memang belum pernah mendapatkan vaksin satu kalipun. Penanganan dokter hewan berupa pemberian antibiotik, vitamin, obat diare, dan juga pemberian infus ternyata tidak mampu membuat Chia bertahan. 
Chia meninggal di hari ke 5 berjuang melawan Panleukopenia. 
Jangan ditanya gimana rasanya. Tapi mau gimana lagi. Mungkin jatah waktu Chia di dunia memang sudah habis. 
Tinggal Oyen kucing yang saya miliki. Dua hari setelah kakak angkatnya mati, Oyen menunjukkan gejala serupa. Susah makan, dan sedikit diare. Untungnya, level diare Oyen tidak separah Chia. 
Oyen kena Panlau juga? Entahlah, tapi bisa jadi iya. Atau baru gejala  ringan. Royal canin recovery, nutri plus gel yang saya beli dalam kemasan repack pelan-pelan mengembalikan nafsu makannya. 
Selang 4 hari,  Oyen sudah mau makan dryfoodnya lagi. Berharap Oyen panjang umur. Besok kalau kesehatan Oyen sudah pulih, sehat lagi diantar vaksin ya Nak! Semoga rejeki mamakmu ini dicukupkan.



