[film] Review Film Wedding Agreement, Drama Ringan Berbumbu Dakwah

1 komentar
Review wedding agreement


Kisah cinta itu memang selalu menarik untuk diangkat sebagai tema utama dalam berbagai karya, termasuk sinema.  Film Wedding Agreement salah satunya. 

Saya putar film ini 2x, kemudian saya penasaran dengan versi aslinya di Wattpad..dan kesimpulannya, saya nggak nyesel menghabiskan 2x 1 jam 40 menit dan sekitar 2 jam untuk menikmati Wedding Agreement ini dalam dua bentuknya.

Versi film dan versi cerita bersambung, dua-duanya enak dibaca dan enak ditonton. Ringan, menghibur, tanpa adegan kekerasan   fisik, nggak banyak intrik, nggak pake balas dendam, dan happy ending kayak FTvšŸ˜€Recommended buat teman-teman yang lagi nyari hiburan  akhir tahun di rumah..sambil leyeh2 menikmati secangkir teh dan jagung bakar misalnya.

Film lama? Kalau versi bioskopnya, wedding agreement ini dirilis awal Agustus 2109 lalu. Ya, belum lama banget sih itungannya. Dan senengnya karena film ini sekarang sudah bisa dinikmati secara streaming, salah satunya dengan aplikasi iflix.

Wedding Agreement; Karya Sastra yang Diangkat di Layar Kaca


Sama seperti beberapa film nasional lainnya, Wedding Agreement juga berawal dari karya sastra berjudul sama, merupakan buah karya Mia Chuz, yang kemudian diadopsi dalam bentuk film.

Soal apakah film ini 100% mirip dengan versi  novelnya, tentu saja tidak. Tetep ada improvisasi di beberapa bagian,  dengan tema pokok pernikahan karena perjodohan.

Kalau generasi 80an mungkin masih ingat dengan film layar dengan tema serupa berjudul Siti Nurbaya, maka generasi millenial memiliki Wedding Agreement ini. 

Sinopsis Wedding Agreement

Film dibuka dengan adegan pada sebuah pesta pernikahan yang meriah, Btari Hapsari atau Tari (Indah Permatasari) bersanding dengan Byantara atau Byan (Refal Hadi). Sepintas terlihat sempurna, satunya cantik, sebelahnya ganteng. 

Tapi situasi yang tidak biasa pada sebuah upacara pernikahan, mulai bisa dibaca. Mempelai perempuan terlihat terus menebar senyum, sementara mempelai laki-laki tampak dingin. Rupanya, mereka adalah pasangan yang menikah karena perjodohan.

Masalah dimulai, di hari pertama pasca Tari dan Bian menikah. Tari yang lebih ikhlas dengan perjodohan, merasa terkejut dengan selembar kertas bermaterai yang disodorkan suaminya. Di sana tertuang peraturan-peraturan tertulis mengenai hak dan kewajiban mereka pasca menikah, termasuk permintaan Byan yang akan menceraikan Tari, 1 tahun ke depan. Sarah, kekasih Byan menjadi penyebabnya. 

Pandangan Tari yang menganggap pernikahan adalah sesuatu yang sakral, bagian dari ibadah dan ikatan yang melibatkan banyak keluarga, dihadapkan dengan Byan yang berusaha untuk tetap setia dengan pacarnya di masa kuliah diramu secara menarik oleh Archie Hekagery selaku penulis skenario.

Tak hanya pesan-pesan moral yang bisa dijadikan referensi bagi pasangan yang baru menjalani biduk rumah tangga, aroma dakwah Islam pun juga terlihat dalam film ini. Hal tersebut divisualkan melalui pemilihan busana yang dikenakan Tari dan keluarganya (jilbab), dan juga kebiasaan Tari  sehari-hari (mengaji, sholat berjamaah, mengucap salam saat berpamitan)

Jalan cerita Wedding Agreement ini tergolong ringan, dengan alur yang cepat dan mudah dipahani. Tapi ini yang justru menghibur dan  nggak bikin bosan. 

Secara content, meskipun sama-sama menikah karena dijodohkan, tapi film ini sama sekali tidak menguras air mata. Relasinya Tari-Byan ini beda banget kalau dibandingkan melihat  relasi pernikahannya Siti Nurbaya-Datuk Maringgih. Minim adegan yang mbikin trenyuh, malah ada beberapa bagian adegan yang menggiring penonton untuk tersenyum simpul. 

Kenapa? Karena masalah Byan- Tari ini hanya seputar penerimaan terhadap konsep jodoh, toh secara ekonomi mereka mapan, lebih dari cukup dan  secara fisik juga kedua nya terlihat sempurna.

Nice Ending! Mungkin akan ada yang bilang kalau akhir film ini bakalan gampang tertebak, bahkan hanya dengan melihat separoh  filmya di awal. Iya juga sih... Tapi rata-rata fllm bergenre drama seperti itu. 

Meskipun begitu, tetap ada pesan yang bisa kita petik dari film ini, diantaranya bahwa kesabaran akan membuahkan hal yang menyenangkan, dan bahwa cinta itu bisa dibangun oleh pasangan suami istri, bahkan setelah ijab-qabul sekalipun. Ga perlu langsung antipati dengan yang namanya perjodohan,  apalagi kalau dijodohkannya dengan gadis se cantik, se Solehah, dan se mapan Tari (gimana mau nolak, sempurna gitu?) atau cowok cakep, tajir, meski nggak begitu alim tapi baik kayak ByanšŸ˜€ Namanya juga film. Iyeee kan?

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

1 komentar

  1. Film ini memang menarik saya juga sudah nonton, apalagi yang nonton ingin segera menikah dan pengantin baru.

    BalasHapus

Posting Komentar