Daur Ulang Sampah Plastik, Memanfaatkan Plastik sampai Titik Terakhir

3 komentar

Pernah nggak menghitung berapa jumlah sampah plastik yang kita hasilkan dalam satu hari? Dari sektor dapur saja misalnya, pagi-pagi saya belanja tempe, ayam, sayuran dan semuanya dikemas dalam bungkus plastik. Belum aneka bumbu dapur, semuanya terbungkus plastik pula. Berikutnya anak-anak jajan, hampir semua jajanan dikemas dengan plastik warna-warni.

Itu baru satu hari, dari satu rumah. Belum kalau dihitung sampah plastik yang dihasilkan masyarakat Indonesia dalam 1 hari, 1 minggu, 1 bulan atau bahkan dalam periode tahunan? Kalau kemudian itu dikalikan dengan jumlah seluruh populasi manusia di dunia? 

Seandainya kita tidak menguasai ilmu tentang daur ulang sampah plastik, bisa jadi cerita tentang bumi di masa depan yang tertimbun dengan sampah plastik akan benar-benar ada. 

Apa yang harus kita lakukan? Bijak dalam menggunakan plastik. Menggunakan bahan-bahan plastik sampai rusak, setelah itu konversikan lagi sebagai barang/bahan yang bisa digunakan lagi atau dengan kata lain memaksimalkan fungsinya, dan kemudian menerapkan teknologi daur ulang sampah plastik yang paling  memungkinkan. 

Daur ulang sampah plastik disini, mengacu pada tindakan untuk mengelola plastik yang sebelumnya telah dimanfaatkan fungsinya, agar dapat digunakan kembali atau diolah menjadi barang yang bermanfaat, atau malah memiliki nilai jual, hingga bisa mendatangkan manfaat secara ekonomi. 

Setidaknya ada beberapa teknik daur ulang sampah plastik yang sudah dikembangkan untuk tujuan tersebut, diataranya:

Mengubah sampah Plastik menjadi barang-barang kerajinan
Ini adalah metode yang paling banyak dan paling umum dilakukan masyarakat kebanyakan. Bahkan, tak jauh dari tempat saya tinggal ada sebuah  kampung, tepatnya Desa Wisata Sukunan Banyuraden, Gamping yang justru menjadi maju karena keberhasilannya mengelola sampah. Di kampung ini, hampir semua produk sampah bisa dimanfaatkan kembali. Plastik bekas kemasan barang-barang pabrik, berhasil disulap menjadi produk kerajinan yang cantik, dengan nilai jual yang cukup tinggi.


benda-benda ini merupakan hasil daur ulang sampah plastik masyarakat desa Sukunan, Sleman ( image dari sekolahalamjogja.wordpress)



Mengkonversi Limbah Plastik Sebagai Sumber Energi Alternatif
Kalau bisa terealisasi dengan baik, teknologi ini sebenarnya menjadi semacam angin segar di tengah terus berkurangnya cadangan sumber energi bahan bakar dan mineral. Dengan mengkonversikan sampah plastik menjadi bahan bakar padat (dalam bentuk briket) maka diharapkan angka ketergantungan sektor industri pada ketersediaan bahan bakar minyak akan berkurang.

Mengutip sebuah artikel dari news.tridinamika.com, Selain dalam bentuk padat, limbah plastikpun ternyata bisa dikonversi menjadi bahan bakar cair. Teknisnya adalah, sampah plastik dipanaskan pada suhu sekitar 500 derajat celcius hingga berbentuk gas. Setelah mengalami proses perengkahan, kemudian didinginkan kembali untuk mendapatkan bentuk bahan bakar cair setara dengan  bensin dan juga solar. 

Teknik pengolahan sampah plastik dengan menggunakan teknologi Creasolv

Dikembangkan oleh sebuah perusahaan besar yang berada di  Sidoarjo, teknik pengolahan sampah plastik dengan Creasolv dipercaya  mampu memangkas sampah-sampah plastik terutama yang berbentuk kemasan sachet, dan juga pouch. Dalam proses pendaurulangan dengan teknik ini, sampah plastik akan melewati beberapa tahapan:

Tahap pertama, sampah plastik dipilah kemudian dikumpulkan melalui bank sampah. Setelah terkumpul dalam jumlah banyak, sampah plastik lantas disalurkan ke pabrik yang memiliki teknologi Creasolv. Di sana, sampah akan dibersihkan, dicacah untuk mempermudah proses daur ulang. Setelah melewati semua tahapan tersebut, sampah plastik kemudian dilarutkan dengan cairan polimer, melewati proses penyulingan, hingga ia berbentuk serpihan kasar atau pelet plastik. Pelet plastik ini bisa digunakan untuk membuat kemasan plastik lagi.

Teknologi pengolahan sampah plastik sudah ada, dan dimiliki  Indonesia. Kuncinya, ada di kita, terutama di level rumah tangga. Mau atau tidak, disiplin memilah sampah agar bisa didaur ulang, dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

3 komentar

  1. Setuju mb...kesadaran setiap rumah tangga untuk mengelola sampahnya sendiri juga harus ditekankan. Agar setiap keluarga bijak dalam menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari plastik...

    BalasHapus
  2. Mama saya paling rajin dan teliti membuat tas dari limbah plastik
    Kalau saya mah, paling dikumpulkan terus dijual

    BalasHapus
  3. Aku baru tahap misahin sampah kering dan organik.

    Seharusnya sih kemudian di daur ulang, tapi nyatanya tetap berakhir di tempat sampah dan dibawa tukang sampah ke pembuangan di perumahan.

    Habis itu diambil truk milik pemda. Ga tahu setelah itu diapakan. Dipilah lagi untuk didaur ulang atau cuma ditumpuk di TPA.

    Kalau yang terjadi yang kedua, ga ada gunanya milah sampah di rumah.

    Entahlah tapi aku mendukung pembakaran sampah plastik.

    Dikelola oleh desa, dibakar pakai tungku khusus. Jadi ga semua orang boleh bakar sampah.

    Terus, pas kemarau kemarin lihat sungai kering penuh sampah, pingin banget usul supaya dikumpulin dan dibakar.

    BalasHapus

Posting Komentar