Kopi Panggang Gunungkidul, Tempat Kulineran dengan Menu Pedesaan

27 komentar
Kopi Panggang Gunung Kidul


UNIK! Kata itu yang langsung muncul di kepala saat pertama kali liat Kopi Panggang. Lha, tempat makan, tapi depannya dikasih asesoris mobil.

"Oh..ini ternyata. Ini punya kakake mbak Kari (teman kantor pak suami). Yang punya Kupu-Kupu Malam Auto Custom itu." kata pak suami pelan. "Oo...kalau begitu, ya pantes" Jawab saya.


Ini pertama kalinya kami mampir di sini. Begitu lepas dari parkiran, mata saya langsung tertuju ke puluhan kincir angin yang berada tak begitu jauh dari tempat saya berdiri. Ada pembangkit listrik tenaga angin rupanya.

kincir angin
Alunan gending berbahasa Jawa terdengar menghangatkan sore yang dingin. Bangunan berbahan dasar kayu dan berarsitektur gaya Jawa milik Kopi Panggang tampak ramai. Dari pagi wilayah Jogja banyak terguyur hujan, jadi wajar kalau kemudian banyak yang mampir ke sini untuk makan, nyari cemilan, atau sekedar menghangatkan badan dengan secangkir kopi atau segelas wedhang uwuh.

Kedai Kopi, Kopi Panggang
Kedai kopi yang nuansanya Jawa Banget
Secara lokasi, Kopi Panggang memang pantas dijadikan tempat melepas lelah. Berada di Jl.Siluk - Panggang, Girisuko, Gunungkidul, kedai kopi ini bisa jadi semacam rest area setelah melintasi banyak kelokan dan tanjakan. "Mas..ini gimana sistem order makanannya?" Pertama mampir, daripada clingak-clinguk bingung, mendingan saya nanya ke kru Kopi Panggang. Kru kedai kopi ini lumayan banyak. Pas kemaren datang, cowok dan masih muda semua. 

"Untuk minum dan cemilan, pesan dulu nanti kami antar. Untuk makannya, langsung ambil sendiri." Penjelasan salah satu kru. Untuk pilihan menu, Kopi Panggang menyediakan menu minuman dan makanan olahan khas masyarakat pedesaan, sesuai tagline mereka, Kopi Panggang Kopi dan Dhaharan Ndeso, maka yang ada di tempat ini ya makanan-makanan yang sering ditemui di dapurnya masyarakat pedesaan, seperti singkong dan pisang goreng, sayur lodeh, ayam dan tahu bacem, telur dadar, kopi, teh, dan juga wedhang uwuh.

Baca juga : Serius mau ngopi pake termos Bumbung? Ada dan Bisa, di warung Kopi Bumbung Sleman

Menu makannya, ambil sendiri


Kopi Panggang
minum apa..pesen aja
Bisa ditebak, anak-anak cuma minum. Mereka nggak tertarik saat saya sodori pilihan singkong goreng atau pisang goreng. Pak suami yang makan, sementara saya milih pesen secangkir kopi hitam plus singkong goreng. Sambil ngopi, saya milih ngamati suasana.

Tak jauh dari saya duduk, beberapa remaja tampaknya tengah bersiap untuk menjalani proses pemotretan. Ada seorang cowok, plus 4 cewek sebagai model, untuk produk kain batik. Klo untuk lokasi pemotretan dengan style klasik gitu, tempat ini view nya memang dapet.

Arena Foto Kopi panggang
Barangkali ada yang suka foto-foto?

Kopi panggang Gunung Kidul
alya aja yang numpang foto 😉
Secara umum suasana di Kopi Panggang ini nyaman. Musholanya representatif, gede, di depan lagi. Toiletnya juga bersih. Trus ada semacam pendopo yang mungkin pada hari-hari tertentu dipake untuk live musik, soalnya ada seperangkat gamelan.

Secara lokasi, meski kesannya jauh banget dari pusat kota, tapi mungkin si owner pengen nembak segmen wisatawan, karena persis berada di jalur wisata ke arah beberapa pantai di Gunung Kidul. Jadi jalur Panggang ini merupakan jalur masuk dari Jogjakarta menuju Gunung Kidul melalui Jalur Lintas Selatan.

Dari sisi menu menunya? Kalau buat kami, ya biasa. Lha wong kami tinggal masih di desa. Masih berteman akrab sama pisang rebus, pisang goreng, sayur lodeh ataupun telur dadar. Tapi bagi banyak orang, bisa jadi menu-menu tadi istimewa.  Kopi Panggang mengajak tamunya untuk kembali menikmati menu-menu pedesaan yang mungkin sudah jarang di sajikan di banyak restoran.

Penasaran? Monggo, bisa dicoba sendiri. Lokasinya, ada di sini:


Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

27 komentar

  1. Awalnya saya mengira ini kopinya dipanggang atau direbus dengan cara dipanggang, ooo ternyata di daerah Panggang ya, Mbak?

    Waah, paduan telo goreng dengan kopi itu pas banget, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Awalnya saya mikire juga gitu. Kopi panggang:kopi yang dipanggang... ternyata krn posisinya di Panggang, Gunungkidul

      Hapus
  2. Harga untuk makanannya tergantung sama banyak / sedikitnya porsi yang kita ambil nggak mbak? Atau dipasang tarif yang sama? Lumayan itu misal harganya nggak tergantung sama banyaknya porsi yang kita ambil. Langsung ambil banyak-banyak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayur plus lauk..udah ada patokannya. Misal loDeh,.seingat saya kmrn 6000, baCem 2000..gitu

      Hapus
  3. Suasana asri dan menyejukkan tentu jadi pilihan bagi yg ingin melepas keletihan sambil "ngopi" menikmati suasana pedesaan...uenak tenan

    BalasHapus
  4. Untuk menu lidahku pas banget nih hehe
    tempatnya unik juga ya, aku penasaran nggk nemu alasan kok dinamakan kopi panggang? atau aku bacanya ada yg terlewatkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Letak kedai kopinya di kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul mba..😀

      Hapus
  5. oalahhh...sama kyk pak azzet. tak kira ya dipanggang. jebul di panggang to pake spasi hehe...


    BalasHapus
  6. Aku suka nek ada pisang rebus pisang goreng wkkkk. Efek klo bikin sendiri rasae kacrut aku mb hihi

    BalasHapus
  7. mantap sekali pemandangannya, sambil ngeblog disana segerr

    BalasHapus
  8. Mungkin kedai kopi ini lebih menawarkan suasana dan pemandangan ya mbak Sulis, karena memang view-nya sangat menarik. Bagi pecinta kopi saya kira nggak masalah ya karena mereka pasti akan cocok, mungkin dari makanan bagi kita orang Jawa berasa makan pada hari-hari biasa ya..

    Kalau saya paling juga minum aja sambil menikmati pemandangan sekitar :)

    BalasHapus
  9. Jadi penasaran rasanya kopi panggang. :)

    BalasHapus
  10. keren banget tempatnya mbak, saya belum pernah minum kopi panggang lho T.T tapi saya ketika baca singkong goreng jadi ga pokus dan agak lapar.. bagi dong mbak T.T

    BalasHapus
  11. Wah aku blm pernah tuh nemu tempat makan dengan menu pedesaan gitu. Unik ya beneran.

    BalasHapus
  12. Tempatnya cocok buat pepotoan, hihi... klasik dan instagramable. Ikon mobilnya unik.

    BalasHapus
  13. aku malah pingin makan pisang rebsu di situ
    sesungguhnya itu ebak apalagi pemandangannya oke punya

    BalasHapus
  14. Waktu itu aku pernah lewat ke tempat ini pas gowes ke pantai ngunggah gunung kidul. Awalnya aku rasa bukan tempat kopi. Dulu mobil yang diatas itu juga masih perbaikan, ternyata sekarang udah jadi ya, Teh..

    Penasaran juga dengan rasa kopinya, lain kali bisa mampir kalau ke daerah ini lagi..

    BalasHapus
  15. Memang menu "ndeso" lagi ngehits. Mungkin bagi orang-orang kota, menu ndeso tidak ditemukan di sana.

    BalasHapus
  16. Padahal kemarin juga habis dari gunung Kidul, duhh enggak mampir kesini. Hehehe

    BalasHapus
  17. Oh Panggang itu nama daerahnya, hehe... Wah enak ya makanannya bisa ambil sendiri. Tadinya pikir saya all you can eat, haha... ternyata dibayar per-porsi kita ambil ya.

    BalasHapus
  18. Itu katanya punya mbak soimah,
    Betul gak ya..???

    BalasHapus
  19. saya penasaran apakah di kopi panggang juga ada kebun kopi yg memproduksi kopi tersebut

    BalasHapus
  20. 16-18 agustus nanti aku ke solo dan jogja sih... menarik nih tempatnya... coba aku rekomendasiin ke temen2, mau ga ya mereka mampir ngopi2 di sana :D.. aku tertarik liat tempatnya sih... kayaknya adem aja.. enak mungkin ngopi sambil cemilin pisang goreng

    BalasHapus
  21. Menu menu kuliner ala pedesaan emang selalu ngangenin, sebagai orang desa saya kalau pas ngerantau ada makanan desa jadi ingat kampung halaman

    BalasHapus
  22. Tujuan wisata paling nikmat kalau pas ke gunung kidul. Biasanya bawa mendoan dari rumah, tau kalau sekarang udah ada ya berarti lebih nikmat

    BalasHapus
  23. Keren yah ada kincir anginnya. Pertanda sang pemilik sangat memperhatikan isu energi yang makin langka. nice post mba. Salam kenal

    BalasHapus

Posting Komentar