Semarak 70 Tahun Merdeka

"Jaman sekarang itu sudah enak.... sudah tidak ada rakyat pakai celana goni....makan singkong sebagai menu sehari-hari....sudah tidak ada lagi cerita harus lari pontang-panting menyembunyikan diri masuk ke tumpukan jerami saat ada "capung" di udara.... " 
( Petikan obrolan dengan seorang veteran, beberapa tahun silam)


Terimakasih pahlawan, dan para pejuang Indonesia. Untuk sekedar membayangkan seandainya saya hidup di era sebelum teks proklamasi di kumandangkan, saya kok sudah ngeri. Sengsara, berat, dan berdarah-darah. Sadar atau tidak, perjalanan panjang selama 70 tahun belakangan, apa yang kita kenal sebagai pembangunan telah mengantarkan kita ke era dengan berbagai macam kenyamanan dan kemudahan. 

Bersyukur, itu pasti. Mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif, itu kewajiban kita berikutnya. Apa yang kemudian bisa lakukan dan upayakan? Menurut saya, tidak perlu muluk-muluk, langkah yang paling konkret adalah lakukan saja peran dan fungsi masing-masing secara maksimal dan bertanggungjawab. 

Bentuk ungkapan rasa syukur, bisa diwujudkan dalam berbagai hal. Umumnya, pada kegiatan-kegiatan yang mendatangkan kemeriahan, mengundang tawa dan menyiratkan suka-cita. Itu pula, yang mewarnai kampung tempat tinggal saya dalam mengenang dan memperingati HUT RI ke 70 tempo hari. Sebuah kampung pedesaan di kaki Merapi. 

Tampil cantik di hari Istimewa, itu harus! Tidak hanya berlaku pada manusia seperti kita, melainkan juga pada wajah jutaan kampung di Indonesia, termasuk kampung tempat tinggal saya tentunya. Makanya, beberapa hari menjelang peringatan kemerdekaan, para pemuda dan beberapa warga memasang umbul-umbul aneka warna, mengecat ulang gapura, dan tak ketinggalan bendera merah-putih yang berkibar di setiap halaman rumah warga.

70 tahun indonesia merdeka

Tak hanya tampilan fisik kampung yang berseri, anak-anakpun harus merayakan ini dengan gelak tawa dan kegembiraan. Yup, dengan beberapa lomba, dan ini salah satunya...



Sejak saya masih ingusanpun, perayaan kemerdekaan RI identik dengan berbagai macam lomba. Biasanya, dipilih lomba yang bernuansa lucu, semacam balap karung, memecahkan air dengan posisi mata tertutup, balapan makan kerupuk yang digantung, dan lain sebagainya. Karena keterbatasan dana, tahun ini lomba Agustusan dikampung saya hanya diperuntukkan anak-anak saja. 


Bicara tentang sejarah, proklamasi sebagai tonggak awal sejarah negara tak akan berkumandang tanpa kekompakan para pendiri negara ini. Karena itu pula, masyarakat sekarangpun harus menjaga semangat ini. Semangat untuk tetap kompak, guyup, dan rukun harus senantiasa kita jaga dan pelihara, termasuk dengan kegiatan positif yang melibatkan banyak anggota masyarakat. Didalam badan yang sehat, semoga terdapat jiwa yang sehat pula

17an agustus


Pulang dengan doorprize sabun colek belaka? Bukan masalah! Yang paling penting, ikut partisipasi:-) Nah, itu cerita peringatan HUT RI di tempat tinggal saya. Mana cerita teman-teman semua?


Postingan ini turut berpartisipasi dalam lomba blog peringatan HUT RI-70








Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts