Anak saya mulai kecanduan game modern! Diagnosa saya seperti itu. Benernya sudah sejak umur  2 tahunan Raka saya kenalkan dengan komputer, mulai belajar menggerakkan mouse, dan memainkan beberapa game  yang ada. Motif awalnya, biar anak ini agak diam secara fisik. Karena termasuk tipikal anak kinestetik, jujur, capek banget ngikutinya. Terlebih, sejak kecil sampai sekarang, Raka punya kebiasaan makan yang bikin kesel, di emut..., satu kali makan, nyuapinnya bisa sampai 1 jam.  Makanya agar mau makan , saya sering ambil jalan pintas, dibikin "lupa" dengan acara makannya...saya nyuapin, dia duduk manis depan komputer, ngegame, tanpa ia sadari  ia pun mengunyah makanan yang masuk ke mulutnya.
Kebiasaan itu berjalan cukup lama, tapi mungkin karena bosan --komputer tidak terkoneksi internet, tidak pernah lagi saya install game baru --lama-lama Raka meninggalkan game komputer dengan sendirinya. Ia lalu beralih ke sepeda, memainkannya selepas Ashar, setelah ia pulang sekolah atau bobok siang.
Tapi....setelah dirumah ada tablet, hobi lamanya ngotak-atik game kumat kembali.  Dengan tablet, rupanya ia menemukan cara bermain yang lebih asyik. Nggak harus sambil duduk, bisa di lakukan di mana saja, dan terpenting bisa hapus dan download game baru dengan mudah. Sampai hari ini, Raka minta jatah 3 x dalam sehari untuk nge-game, dan  saya batasi maksimal @ 20 menit, pagi bangun tidur sembari menunggu menu sarapan matang, siang pulang sekolah, dan petang menjelang  makan malam. * hiks.Nge-game kayak minum obat.
Yang lebih  parah lagi adalah kejadian hari Minggu kemarin. Pagi itu,  berempat, kami pergi nyari kain jarit langsung pakai yang mau dipakai Ayahnya pas hari jadi Kabupaten Sleman Jum'at besok. Sekalian cuci mata juga. Sengaja tablet tidak saya charge, biar dirumah saja. Pengen tahu aja, seperti apa reaksi Raka klo di dalam mobil tanpa dia. Otomatis saya dan ayahnya cuma mbawa hp jadul yang cuma bisa untuk telepon dan sms. Eh, apa yang terjadi..? 
Selama perjalanan, Raka  seperti mati gaya. Bosen dan bingung mesti ngapain sepertinya. Bawa bacaan juga, tapi pusing katanya. Sudah saya tawarin alternatif aktivitas untuk menikmati saja perjalanan...baca papan reklame, tulisan pada bus, atau mengobrol....eh, tetep bosen katanya. Berkali-kali ia bertanya..."masih lama nggak nyampainya?" ...padahal sih jarak rumah ke toko batik tujuan nggak sampai sejam. 
Akhirnya, sampai juga kami di Tjokrosuharto, salah satu toko batik, art & craft yang berada di Jalan Panembahan, masih  seputaran Kraton Yogyakarta. Begitu masuk, langsung disambut alunan gending khas Jawa...pokoke nuansa Jogja kental terasa. Menurut saya, toko ini lengkap banget. Mau cari batik, aneka souvenir khas Jogja, perlengkapan baju tradisional, sampai perhiasan dari perak, semua ada. Harganya, dari yang kategori mahal sampai yang biasa-biasa aja tersedia.
Sementara ayahnya sibuk milih-milih jarit cowok, Raka langsung melihat ke counter keris yang ada di sebelah dalam. Penasaran rupanya dia. 
Sementara saya dan Alya, milih lihat-lihat souvenir khas. Tanpa sengaja, mata saya kok langsung tertarik pas lihat aneka mainan tradisional. Iya, mainan jaman saya kecil dulu...ternyata masih ada, dan dijual di toko ini! Ada gasing, yoyo, othok-othok, kitiran, ketapel, bedil-bedilan, dakonan....ada semua! Anak-anak saya suka nggak yaaa....? Cepet-cepet Raka saya panggil, saya praktekkan ke dia....gimana cara mainnya, ternyata dia tertarik! Wah...bisa nostalgia, dapet mainan anak murah-meriah pula nih, batin saya. :-) dan trala..la, ini dia mainan yang akhirnya dipilih Raka dan Alya
Dengan beberapa mainan ini, pengennya sih anak-anak...terutama Raka berkurang kadar ketergantungannya dengan game-game modern. Biar ia tahu juga, bahwa yang namanya mainan itu nggak hanya mobil remote, lego, dan robot-robotan, ataupun senapan berbatere yang dijual di toko-toko atau supermarket. Bahwa dengan mainan yang sederhana pun, acara bermain bersama teman tetap mengasyikkan. Lalu, setelah beberapa hari bersama ketapel dan bedilan, lantas apa yang terjadi? Lupakah ia dengan tablet? Apakah mainan tradisionalnya mampu bersanding dengan game modern? 
Begitu pulang dari beli mainan ini, memang  Raka langsung pamer ke temen-temannya. Sejenak jadi  trendsetter  diantara teman sebaya, dengan mainan kayunya.Sampai postingan ini saya tulis, si Ketapel masih ada, si bedilan sesekali masih dipakai nggodain adeknya, si othok-othok Alya masih sering dibawa-bawa dan dimainkan.  Raka dan hobinya nge-tablet? Masih tetap jalan, tapi memang mau saya maintance jangan sampai kecanduan. Mencicip majunya teknologi sih boleh saja untuk anak seumuran dia...tapi kalau kemudian menjadi ketergantungan, nggak ah! Tapi dalam prakteknya, ternyata nggak gampang membuat mainan tradisional mesra bersanding dengan game yang lebih eye catching dan high-tech. Jaman memang sudah berbeda, itu kesimpulan saya dan saya harus mencoba banyak cara demi Raka
