Kata Anak-Anak, Saya Mirip Kak Ros.

orang tua gampang emosi



"Ibu i..koyo kak Ros.."
Ha..ha, sebenarnya saya ketawa dalam hati klo anak-anak protes tentang gaya parenting saya. Tapi memang bener kok. Saya galak, bawel, seperti kata anak-anak. Mirip Kak Ros dalam Upin & Ipin. Tapi meski galak, tujuan kak Ros baik. Karakternya tegas terhadap adik-adiknya.

Tentang sikap seperti itu, sebenarnya saya juga punya alasan. Biar anak-anak tertib. Kenapa sekarang? Mumpung masih anak-anak. Jadi klo sejak kecil dibiasakan taat aturan, nanti gedenya tertib juga. Harapannya itu. Contoh riilnya kayak gini: sepulang sekolah, sepatu, tas dan sragam taruh di tempat semestinya, main juga mesti ingat waktu, setengah 5 sore pulang, karena belum Ashar an dan nanti mandinya ndak kesorean.

Tapi namaya anak-anak, kadang sekali diingetin..sekali aja dikerjain. Besoknya balik lagi. Itu kayaknya yang bikin banyak emak-emak cenderung lebih judes daripada bapaknya. Jadilah saya kayak kak Ros di mata anak-anak.


Tiga Gaya Parenting para orang tua

Cara orang tua ngedidik anak itu macem-macem, tapi secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 golongan:

Pola Asuh Otoriter
Yang dituntut dari gaya pengasuhan ini adalah kepatuhan. Jadi karena posisinya lebih tuaan, lebih pengalaman, orang tua berhak memaksa anak untuk melakukan apa yang dimauinya.

Memang, gaya pengasuhan ala-ala militer ini dipercaya akan melahirkan anak-anak dengan disiplin tinggi, namun apesnya kalo si anak malah justru depresi.

Pola Asuh Demokratis
Disini anak difungsikan sebagai sahabat orang tua. Antar orangtua dan anak, memiliki kesempatan berbicara secara dua arah. Meskipun terlihat membebaskan, tetapi tetep ada aturan-aturan yang harus ditaati, dan ada semacam sanksi ketika anak melakukan pelanggaran.

Pola Asuh Permisif
Merupakan kebalikan dari pola asuh otoriter. Kekurangan dari pola asuh ini adalah seringkali melahirkan generasi yang tidak disiplin dan kurang tanggung jawab.

Banyak Cara Untuk Belajar Ilmu Parenting

Sepakat dengan tulisan Mbak Inna Riana, dalam postingan berjudul 'Belajar Parenting dari Sekitar Kita' untuk Kolaborasi Blogger KEB, bahwa menjadi orang tua itu tidak mudah. Tapi untungnya, sekarang banyak sekali sumber ilmu yang bisa kita manfaatkan sebagai acuan saat mengasuh anak. Beragam  teori parenting bisa kita ambil dari beragam sumber, misalnya majalah, internet, atau seminar-seminar ahli parenting. Semuanya menjadikan orang tua semakin melek informasi.

Tapi, di lapangan, nggak semua teori itu bisa mulus dilakukan. Awal-awal punya anak, saya rajin sekali kulakan artikel parenting. Mencocokkan, menerapkannya ke Raka, bahkan cenderung saklek pada teori.

Anak kedua, saya sadar dan ngerasa kok jadinya malah  lelah sendiri kalau saklek. Akhirnya berbagai teori yang saya dapat, saya buat ngalir aja. Selama itu bagus, bisa diterapkan..ya diterapkan. Kalau nggak, ya sudah. Mungkin karena memang situasi dan kondisinya beda. Gitu aja.


Mencari Jalan Tengah, Itu Langkah Kompromi  Saya

Membiarkan anak terus-terusan dalam suasana yang serba teratur, tertib, saya pikir akan membosankan. Demikian pula dengan ketegasan yang berlebihan. Takutnya malah sama-sama tekanan batin. Demikian pula sebaliknya. Memberikan kebebasan ke anak secara penuh, takutnya nanti malah justru membahayakan masa depan si anak.

Antara otoriter dan permisif? Kalau boleh memilih, saat ini saya lebih suka berada diposisi Demokrasi yang cenderung otoriter. Nanti setelah anak-anak sudah cukup besar, sudah mengerti baik-buruk, mengerti sebab akibat, baru lah "dikendorkan".  Membiarkan mereka dengan pilihan mereka, tapi tetep, namanya anak, harus dalam pengawasan orang tua. Sampai kapan? Sampai mereka dewasa, dan kemudian menikah. Cita-cita saya sebagai Kak Ros seorang Ibu sih gitu..

Kalau teman-teman, gimana? Pilih cara yang seperti apa?
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts