Ikut Asuransi Berarti Merugi? Siapa Bilang!

Awal tahun 2004, 13 tahun silam. Setelah masa magang dan status karyawan kontrak selesai, saya tercatat sebagai karyawan tetap. Mulai hari itulah, hak baru saya miliki; jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kesehatan. Itulah pertama kalinya,  nama saya tercatat sebagai bagian dari peserta asuransi. 

Asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. (Pasal 246 KUHD)

Konsekuensinya, sekian persen gaji saya dipotong guna pembayaran premi. Ikhlas nggak ikhlas, harus ikhlas, karena itu kewajiban. Dua tahun pertama, saya belum begitu merasakan manfaat dari keanggotan saya pada sebuah perusahaan asuransi. Hingga kemudian saya menikah, hamil satu tahun berikutnya, dan melahirkan Raka di awal tahun 2007. Di titik inilah saya baru merasa ngeh dan sadar, kartu jaminan yang saya miliki berguna banget!

Bisa Aqiqahan, Karena Biaya Persalinan Tercover Asuransi

Remeh banget sih, bisa aqiqahan aja seneng. Tapi, ya gimana, waktu itu masih pasangan muda. Semenjak memutuskan menikah, kami berprinsip kalo kami sudah punya "bendera" sendiri. Nggak boleh ngerepotin orang tua, apalagi dalam hal finansial. 

Saya ingat, saldo tabungan kami pas-pas an saat berangkat ke RS untuk lairannya Raka. Niat saya untuk lairan normal juga bulat, demi penghematan biaya. Tapi apa mau dikata, anak pertama kami harus keluar lewat "jendela" alias melalui tindakan Sectio Caesar (SC).

Yang penasaran kenapa saya SC bisa mampir di sini : Selamat Datang, Nak...!

Jujur, saat itu saya was-was, apakah asuransi mau membayar semua biaya operasi, sementara saldo tabunganpun ngepres. Betapa leganya kami, ketika hampir semua biaya lairannya Raka di RS tercover asuransi. Ketakutan kami akan ribetnya ngurus klaim, nggak terbukti. Semuanya lancar, asal kami lengkap ngurus segala persayaratan yang diperlukan. Sebagai bentuk rasa syukur, 7 hari kemudian kami bisa ngadain acara syukuran sekaligus aqiqahan. Seandainya biaya SC tidak tercover asuransi, mungkin salah satu kewajiban kami ke buah hati, akan tertunda. 

Sekarang, untuk kesehatan saya nebeng asuransinya pak suami. Asyik-asyik aja meski setiap bulan ada potongan di gaji, tapi klo ada anggota keluarga yang sakit, saya nggak lagi begitu cemas mikirin biaya untuk berobat. Termasuk lahirannya Alya, 5 tahun lalu,  yang  juga mengikuti jejak kakaknya, lewat "jendela" 😁



Bahkan ketika mobil jadi amukan supporter sepak bola, kami nggak begitu merana.

Menjelang punya anak ke 2, pak suami merealisasikan salah satu mimpi; beli kendaraan roda 4. Awal terbeli, belum kepikiran untuk ngasuransiin. Bisa kebeli saja, sudah senang luar biasa. Tapi karena ingat resiko terlalu tinggi --karena waktu itu mobil juga sekalian dikaryakan (baca: dirental) --akhirnya, daftar juga pada sebuah perusahaan asuransi kendaraan. Sekali bayar premi, lumayan juga waktu itu karena untuk all risk

Hingga kemudian pada suatu hari, mobil dibawa teman kantor pak suami untuk mudik di Magetan. Apesnya, pas pulang ke arah Jogja, ketemu supporter bola di wilayah Klaten yang lagi sweeping mobil plat AB. Mobil yang nggak ngerti apa-apa, gara-gara platnya AB  akhirnya jadi korban. 


Korban sweeping supporter sepakbola, di daerah Delanggu

Jangan ditanya rasanya. Ngenes, karena salah satu property yang belum satu tahun termiliki pulang dalam keadaan bonyok dan peok. Kaca belakang pecah, beberapa bagian bodi samping penyok, kena pukulan kayu.

Sedih banget waktu itu. Mau nyalahin supporter bola juga percuma. Mau minta tanggungjawab sepenuhnya ke teman pak suami..kok ya nggak enak. Anggap ini sebagai bencana, itu saja yang kami bisa.

Untungnya kami punya polis asuransi. Hura-hara sebagai penyebab, termasuk hal yang ditanggung asuransi. Nyicil lega. Tinggal Masuk begkel resmi-urus klaim asuransi di situ sekalian- beres. Nggak kebayang kalo kami harus ganti semua yang rusak dengan biaya sendiri.


Dengan Asuransi Pendidikan, kami dampingi anak-anak menyongsong masa depan.

Polis asuransi pendidikan anak-anak

Dua polis ini, adalah tabungan anak-anak. Seandainya sesuatu yang buruk menimpa kami (saya, atau pak suami) sebelum masa kontrak habis, biaya pendidikan anak-anak sudah cukup aman. Meski setiap 3 bulan sekali saya harus menyiapkan dana khusus, tapi toh dana itu nantinya juga akan kembali. 

Mirip-mirip nabung, tapi wajib. Tapi menurut saya  itu lebih baik. Soalnya klo nggak gitu, pemasukan jadinya sering lewat. 

Dengan asuransi ini juga, ketika nanti anak-anak berganti jenjang pendidikan, dana tombokan untuk masuk sekolah nggak lagi terasa begitu berat. Termasuk, ketika nanti anak-anak masuk kuliah. Namanya orang tua, tentu kami punya keinginan, anak-anak bisa mendapatkan fasilitas pendidikan yang maksimal.


Dengan Asuransi, Apa yang Saya Dapat?


Pertama, Yang pasti ketenangan. Saya nggak tahu apa yang bakalan terjadi di depan. Semuanya berharap sehat, pengennya semua baik dan lancar. Tapi kalo pas lagi malang? Manfaat kedua, belajar memanage pendapatan. Bagaimana saya mesti nyisain post untuk bayar premi, sementara pengeluaran tak terduga kadang tiba-tiba tinggi. Kayak bulan ini misalnya, ketika pada rame-rame pada gelar hajat nikahan.

Tapi banyak yang bilang, ngurus klaim asuransi ribet. Gimana dong? Selama yang saya jalani, belum pernah. Semoga nggak. Tapi klo soal pilih-memilih perusahaan asuransi, kayaknya memang harus selektif. Pilih perusahaan asuransi dengan kredibilitas tinggi. Biasanya klo saya lihat umur perusahaan, cari referensi dari teman yang pernah make perusahaan asuransi tersebut, sama baca-baca opini publik di media. Sama satu, dana yang masuk dijamin oleh LPS. Jadi kalo terjadi apa-apa, dana kita aman. 


Update 21 November 2020

Dua asuransi pendidikan yang awalnya saya niatkan sebagai tabungan  masa depan anak-anak, endingnya saya tutup/bekukan sebelum masa kontrak habis karena kondisi perusahaan asuransi (Bumiputera) yang kolaps. Saya tidak tahu, apakah dana yang sudah saya bayarkan akan kembali begitu kontrak selesai, atau tidak mengingat saat ini banyak pula nasabah Bumiputera yang menunggu dalam ketidak jelasan.

Poin yang ingin saya sampaikan adalah, benar saya pernah sangat terbantu karena status keikutsertaan saya dalam asuransi. Tapi rupanya, saya mesti mengalami ketidakjelasan juga yang disebabkan ulah perusahaan asuransi.  Jadi, tolong cermat dan seksama saat memutuskan. Pastikan paham dengan hak dan kewajiban yang tertera dalam polis dan sangat selektif dalam memilih perusahaan asuransi Dulu, saya memilih perusahaan asuransi karena usia peusahaan yang sudah tua, dan ternyata itu bukan jaminan. 
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts