Kalau sudah jadi Emak-emak gini..ramadhan rasanya cepet. Tau-tau udah sampe tengahnya aja. Ha..ha, kenapa yaa?😀
Anyway, ini ramadhan pertama bagi sulung saya puasa sehari penuh. Dua ramadhan kemarin, masih puasa setengah hari. Kemarin-kemarin sih alasan kami, masih kasihan aja, takut badannya tambah kurus cungkring. Meski ramadhan tahun ini badan Raka masih tinggi-langsing, meski ayahnya aslinya belum tega, saya sebagai ibunya mesti tega. Udah 9 tahun juga, walau itungannya belum baligh, tetep kudu latihan puasa wajib. Dan mendekati setengah perjalanan ramadhan, alhamdulillah puasa Raka full, belum bolong. Ada drama-drama awal-awal puasa? Woo..ya jelas. Sempat mengeluh pusing di hari pertama, dan langsung sembuh begitu makan dan minum anget. *jadikesimpulannyapusingkarenalapardoang.
Permasalahan berikutnya, susah bangunin saat sahur. Itu pasti, kadang ngunyah nasi sambil mata merem. Untung ada Superdede di tv yang bisa nolong mbuka matanya, meski kadang efeknya jadi lupa sama piring-nasi alias ndomblog!😇 dan tau-tau Imsaakkkk...!! Dan penyelamat berikutnya adalah sereal yang jingle iklannya 🎶minum makanan bergizi🎶
Bagi anak-anak, perkara nahan lapar-minum itu saya yakin bukan perkara mudah. Lha wong fisik mereka lebih aktif. Makanya, untuk bisa mengkondisikan anak agar tetap "aman" dan lancar jaya dalam menjalankan puasa, ada beberapa tips n triks yang bisa dilakukan para orang tua, dan 5 yang saya lakukan adalah:
1. Sistem reward
Siapa tho yang nggak suka dijanjikan hadiah.. Orang tua aja girang kalau dapat hadiah, apalagi anak-anak. Makanya sebagai penyemangat anak, orang tua bisa menjanjikan sesuatu dengan catatan target bisa tercapai. Misalnya..."nanti kalau puasanya penuh satu bulan... Ibu belikan burger di depan ind*ma**t " ( hadiah yang gampang dan ekonomis aja, yang penting ada kesepakatan antara pemberi -penerima hadiah)
2. Latih anak secara bertahap
Bertahap dalam artian pelan-pelan dulu. Saya ingat ketika Raka masih berusia 6 tahun saya nglatih puasanya dengan sistem klo orang jawa bilang "poso manuk". Karena nggak tega bangunin sahur, sahurnya dia tetep pagi, sebelum masuk TK. Nanti untuk buka saya beri selang waktu pukul 12.00-13.00 Setelah pukul 1 siang, mulai puasa lagi sampai maghrib. Secara tuntunan ilmu agama, ya memang masih kacau, tapi..niatnya memang sekedar melatih. Baru umur 7-8 raka mulai mengukuti ritme sahur dan buka ala orang dewasa, tapi ada break untuk makan-minum sepuasnya pukul 12.00-13.00
3. Kondisikan ia diantara orang/teman yang berpuasa.
Ini akan menjadi mudah seandainya anak berada dalam lingkungan yang homogen (se-agama), dengan pola asuh orang tua yang senada --soalnya saya pernah ketemu, ibu-ibu yang meski anaknya dah mau lulus SD tapi puasanya bolong-bolong dibiarin. Untuk kasus bocah yang punya adek seperti Raka, ini yang kadang jadi penggoda iman, tantangan, karena sering banget si adek sengaja makan didepan kakaknya.
4. Beri sesuatu yang bisa mengalihkan dari rasa lapar-haus.
Seandainya anak-anak masih sekolah, ini akan lebih mudah karena sebagian hari akan dilewatkan bersama banyak teman, dan aneka kegiatan. Cuma sayangnya, beberapa sekolah sudah mulai memasuki masa liburan saat ini. Beberapa kegiatan sebagai pengalih rasa lapar-haus yang bisa dipertimbangkan adalah membaca bacaan ringan, tidur siang, nonton tayangan anak-anak, atau bermain bersama binatang kesayangan. Bagi yang suka berkebun, bisa juga anak-anak dilibatkan. Asal ada acara berkotor-kotor dan berbecek-becek ria, pasti mereka suka.
5. Beritahu ia tentang esensi puasa secara sederhana
Dalam tataran praktisnya, rata-rata anak memaknai puasa masih sebatas menahan makan dan minum. Tapi ya maklumlah...namanya juga bocah. Biasanya, moment puasa saya gunakan untuk mengajarkan rasa bersyukur kepada anak, saya ajak ia memperhatikan teman-teman sebayanya yang terpaksa bekerja di perempatan jalan, mengamen, meminta-minta. Saat maghrib nanti, belum tentu mereka nanti bisa makan dan berbuka dengan layak. Kalau sudah begitu..saya minta anak membayangkan...mau seandainya tukeran posisi?
Dari hasil pengalaman pribadi, 5 tips diatas lumayan manjur saat diterapkan pada anak-anak. Meski berpuasa ramadhan hanya wajib bagi mereka yang sudah akil-baligh, tapi mengajak anak-anak untuk terbiasa menjalankan kewajiban sebagai muslim sejak dini, saya yakin akan lebih baik.☺

