"Ngapain e ndusel-ndusel ibu, mau etek-etek lagi pho..?” Dan seperti biasanya Alya akan menjawab sembari senyum-senyum, "Malu...udah gede kok.” Bukan sekali atau dua kali anak saya akan tiba-tiba bertingkah seperti bayi lagi, mendekatkan tubuhnya ke badan saya, seperti saat dulu ia masih menyusu. Mungkin ia lagi pengen bermanja-manja, seperti yang ia lakukan sore itu.
Menyusui bayi atau dalam bahasa balitanya Alya etek-etek memang merupakan aktivitas yang sudah tak lagi saya lakukan. Saya menyapih gadis kecil saya sekitar 2 tahun silam, saat Alya hampir berusia 3 tahun.
Dan berbagai kenangan masa menyusui, seakan kembali --tidak hanya melalui tingkah polah Alya yang ndusel-ndusel ibunya --tetapi juga melalui sebuah event yang saya ikuti tanggal 2 Desember lalu, Jogja Oxytocin Journey. Mengambil lokasi di tempat yang nyaman, UMA Dapur Indonesia, event ini menandai 5 tahun ASI Booster Tea, sebagai sponsor utama. Disamping puluhan blogger Jogja, para ibu menyusui, para ibu dalam komunitas Best Bunda, produsen ASI Booster tea, hadir pula para pemenang lomba foto #BanjirAsi tahap II.
Asyik nggak acaranya? Yang pasti kaya ilmu. Yang sudah punya pengalaman menyusui bisa berbagi dan makin merasa bersyukur, sementara bagi calon ibu, tentu saja bisa belajar, agar nanti kalau kelak pasca melahirkan bisa menyusui bayinya dengan lancar. Jogja Oxytocin Journey tempo hari, menghadirkan pemateri utama seorang konselor menyusui, Arit Widowati seorang ibu dari 5 orang anak (hampir 6) yang semuanya sukses mendapatkan ASI ekslusif, bahkan memiliki 14 anak susuan. Bahkan karena jarak antar anak yang lumayan dekat, beberapa kali mbak Arit ini sempat tandem; menyusui si adik barengan dengan sang kakak. Mbak Arit nggak bekerja formal?? Eits..jangan salah, beliau merupakan salah satu staff di Kementrian Keuangan RI. Hebat kan?!
Menurut beliau, untuk bisa sukses menyusui, ada beberapa kunci yang mesti dipegang:
Niat yang kuat
Semua agama menganjurkan seorang ibu untuk memberikan susu ke bayinya, nggak hanya agama Islam. Kalaupun karena faktor ditinggal bekerja misalnya, lantas bayi tidak bisa menyusu secara langsung, toh bisa melalui ASI yang dipompa ataupun ASI perah. Selama metode penyimpanannya benar, nutrisi yang terkandung di dalamnya akan tetap terjaga.
Sepakat dengan mbak Alit Widowati, bahwa niat itu kunci dan saya sudah membuktikan saat saya menyusui Alya yang kadar kesuksesannya jauh lebih tinggi saat dibanding waktu nyusuin kakaknya Raka.
Awalnya memang agak berat karena beberapa ibu, termasuk saya waktu itu kagok dengan posisi menyusui, merasakan puting yang lecet dan perih, tapi setelah belajar, dan terbiasa, akhirnya ngerti dan langsung merasakan bahwa manfaat ASI itu sungguh luar biasa.
Dukungan Penuh dari Orang-Orang Terdekat
Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin berfungsi memproduksi ASI. Sedangkan oksitosin untuk mengeluarkan ASI dari payudara. Oksitosin diproduksi ketika ibu rileks dan bahagia. Jadi dua hormon itu harus saling berkolaborasi. Percuma jika ASI yang diproduksi banyak, tapi kondisi si ibu dalam keadaan tidak nyaman atau berada di bawah tekanan. Karena itu, faktor lingkungan seperti ayah ASI, nenek ASI, atau orang di sekitar ibu yang mendukung suksesnya ASI sangat berperan.
Support Sistem yang Mendukung Pula
Niat, motivasi dan semangat dari orang-orang terdekat adalah penyuplai energi terbesar yang akan menentukan sukses atau tidaknya program pemberian ASI pada bayi. Selain itu, ada faktor lain yang juga turut menunjang yakni menjelang kelahiran carilah rumah sakit adalah Rumah sakit yang pro room in dan pro Inisiasi Menyusui Dini. Setelah bayi lahir, tahap awal menyusui lancar, tahapan berikutnya adalah bagaimana caranya agar ASI yang diproduksi maksimal, baik secara kulaitas, maupun kuantitas.
Memaksimalkan Produksi Asi, Bagaimana Caranya?
Tingkat produksi Asi itu secara teoritis, akan mengikuti permintaan. Supply tergantung demand. Jadi apabila intensitas menyusuinya sering, harusnya produksi ASI juga akan meningkat. Sebaliknya, jika si Ibu tidak konsisten dan jarang menyusui, produksi ASI pun akan berkurang.
Selain meningkatkan frekuensi menyusui, mengatur asupan makanan si Ibu juga dipercaya mampu memaksimalkan jumlah ASI yang diproduksi tubuh. Daun katuk, kacang rebus, jagung, bayam dan aneka sayuran hijau, pare pahit, dipercaya masyarakat sebagai booster ASI yang cukup ampuh untuk meningkatkan produksi ASI. Tapi memang butuh lebih banyak waktu untuk menyiapkannya, dan terlihat lebih repot untuk mencari dan menyiapkan segala ubo rampe nya.
Bagi yang menyukai sesuatu yang simpel dan praktis, sekarang ada yang lebih mudah, yakni ASI BOOSTER TEA. Pertama dilaunching tahun 2012, teh rempah ini merupakan teh pelancar ASI pertama di Indonesia.
ASI Booster Tea berasal dari herbal, aneka rempah yang kemudian diubah bentuk seperti biji-bijian, dengan cara pemakaian direbus/dididihkan, lalu diminum sarinya seperti saat kita menikmati teh. Bagi pecinta rasa manis, bisa pula diminum setelah ditambahkan gula, madu, atau pemanis lainnya.
Sebagai langkah inovatif, ditahun 2017 diluncurkan pula ASI Booster Tea Super Drink. Bedanya, ASI Booster Tea Superdrink ini lebih praktis, karena sudah berbentuk serbuk. Jadi tinggal tuang, aduk, dan langsung diminum atau bisa juga ditambahkan pada minuman yang sudah jadi, seperti jus dan susu.
Hmm, pilihan di tangan kamu, mau pake metode yang seperti apa, karena semua pasti akan tergantung situasi dan kondisi, dan kamu sendiri yang paling ngerti. Yang penting, jaga semangat untuk ngasih ASI ke bayi, karena bagaimanapun ASI adalah nutrisi terbaik diawal kehidupan bayi.


