Radio Tanpa Listrik Ataupun Batere Itu......

3 komentar
Alya Amira Salsabila, atau Alya, begitu ia biasa disapa. Ah, cepat sekali ia tumbuh dan besar. Tak terasa kini usianya sudah hampir 27 bulan, dan ternyata apa yang pernah dikatakan beberapa teman ke saya waktu itu memang benar...
Laki-laki dan perempuan memang setara. Tapi saya sepakat kalau ada yang menyatakan mereka berbeda. Jadi membiarkannya berbeda, menurut saya itu lebih baik. Kok malah ngomongin gender? Tentu saja bukan ke arah sana, tetapi sekedar teringat celetuk teman beberapa minggu setelah saya melahirkan Alya, "punya anak perempuan asyik lho...biasanya lebih ceriwis dan kemayu. Coba lihat saja nanti kalau tidak percaya".



Kebetulan anak pertama saya, Raka, laki-laki. Sementara Alya, perempuan. Tidak bermaksud membandingkan, saya sekedar mengamati perbedaan dan persamaan keduanya saja. Tapi itu namanya membandingkan ya? Terserahlah... :-) Dalam hal perkembangan psikomotorik, sejak kecil Raka termasuk hebat. Saya ingat, ia bisa tengkurap untuk pertama kali diusia 3,5 bulan.Begitu satu tahun, ia sudah mulai melangkah. Periode berjalan hingga lancar berlari ia kuasai dengan mudah. Pun dengan perkembangan kognitif. Di usia dua tahun Raka sudah gesit menyelesaikan puzzle kecil, mampu membedakan bentuk bentuk huruf, maupun mengerti warna-warna yang ada. Namun, tak begitu dengan kemampuan verbalnya, di usia 2 tahun, baru beberapa kata saja yang ia bisa. Itupun masih sepotong-sepotong, sama sekali belum terangkai. Cerita tentang belajar bicara ala Raka, pernah saya posting di sini Lalu bagaimana dengan Alya?

Berbeda dengan kakaknya, perkembangan motoriknya sejalan dengan prinsip jawa "alon-alon waton kelakon". Usia 4 bulan lebih, alya mampu mengubah badannya ke posisi tengkurap. Baru di usia 15,5 bulan ia berani melangkahkan kaki secara mandiri. Tapi untuk kemampuan verbal, kecepatan alya bisa dibilang melesat cepat.

Maem...! Itu kata pertamanya Alya. Kalau tidak salah, kala itu umurnya 11 bulan. Setelah itu, muncullah kata-kata baru dari mulut mungilnya...Sebelum Alya bisa mengucapkan kata "ibu"...dia panggil "bapak" ke saya, dan "ayah" untuk ayahnya...sementara, ia panggil "auk" sebagai pengganti kata "Mas". Tapi ternyata panggilan "tidak pas" itu tidak berlangsung lama. Menjelang dua tahun, banyak sekali kosakata baru yang ia miliki. Sepertinya kemarin belum bisa mengucapkan ini-itu, eh...pagi-pagi, bangun tidur...ternyata dia sudah bisa. Itulah yang sering membuat saya kagum dengan anak kecil. Makanya saya sepakat kalau ada yang bilang anak kecil itu pembelajar yang cepat dan tangguh.
Inilah yang saya juluki Si Radio tanpa listrik atau batere itu. Kalau sudah mulai ngomong....ada saja yang diomongkan atau ditanyakan. "Ibu nyanyi apa?" itu komentarnya kalau ia mendengar saya iseng-iseng nyanyi selain lagu anak-anak yang ia kenal. Saat menjumpai hal baru dalam rumah, ia pun akan langsung bertanya. Seperti saat ia menjumpai sobekan kantung plastik yang belum sempat dibuang ke tempat sampah, spontan bocah ini bertanya "ini hitam-hitam apa?" Saat dalam perjalanan misalnya, Alya pun akan sibuk menghitung lampu, menghitung bis, atau apapun...atu, ua, iga, mpat, ma, nam, hujuh, hapan, mbilan, uluh..... Pernah suatu hari ia diajak ayahnya menengok ikan di kolam dan tiba-tiba gerimis datang. Spontan Alya berteriak ke ikan-ikan, " ikan....ujan! Ake ayung! Adem....!


Kegemarannya yang lain adalah menyanyi. Gelas bekasnya minum, sering ia multifungsikan sekaligus mikrofon. Bagi anak-anak, mungkin asyik mendapati suara mereka menjadi berbeda dengan gelas yang menempel di mulut. Kalau tak ada gelas...mainan yang lain pun jadi.

 Huyung aak ua...
 Inggap di endela.... 
Nenek udah tua.....giginya nggal ua.... 
Tlek dung...tlek dung....tlek dung ta ya..ya
Tlek dung....tlek dung....tlek dung ta ya...ya 
Huyung aak...ua 

"Ayo, nyanyi ama-ama". Begitulah pintanya kala kami berkumpul bersama. Entahlah..saya dan suami tak pernah merasa punya bakat seni, terlebih menyanyi. Tapi sejak kecil, Alya memang saya biasakan mendengarkan lagu anak-anak. Saya belikan ia vcd lagu-lagu anak sebangsa balonku, kakaktua, lihat kebunku ataupun satu ditambah satu. Imbasnya, ya itu tadi... Ia akan senang sekali kalau ditemani menyanyi. Walau masih dalam level asal bunyi, tapi alya berusaha untuk terus mendominasi. Pokoknya ia harus yang paling keras saat bernyanyi :-) Begitulah polah tingkah "radio kecil" kami . Memang tidak semerdu penyanyi di televisi, tapi bagi kami itulah penawar letih termujarab selepas menjalani aktivitas sepanjang hari.
    
Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away "Saat Tumbuh Kembang Balitaku Balitamu
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

3 komentar

  1. Aih Alya mau jd penyanyi yaa...sdh pandai nyanyi...terkdg kt tdk sadar bahwa anak lbh cpt belajar sesuatu tanpa kt sadari ya mbak..
    Terimakasih sdh berrbagi cerita utk meramaikan GA saya.. titip peluk cium utk raka & alya

    BalasHapus
  2. Lucu sekali alya... anak memang lbh cepat belajar tanpa kita sadari ya mbak..
    Terimakasih sdh berbagi cerita utk meramaikan GA saya...titip peluk cium utk raka & alya

    BalasHapus
  3. Terimakasih kembali mbak... Iya, jadi tau sekarang rasanya jadi orng tua. Kadang dibuat senyum2 oleh tingkah polah anak-anak. Walau terkadang ngrasain juga...betapa repotnya jadi orang tua itu. Salam hangat dari jogja mbak..

    BalasHapus

Posting Komentar