Gerbang depan obyek wisata Benteng Portugis |
Jaman masih sekolah, suka pelajaran sejarah nggak? Kalau saya..tergantung. Kalau materinya masih bisa "dibayangkan", masih suka. Tapi kalau materinya sudah abstrak dan susah diingat macam ngapalin tanggalan, nama silsilah raja-raja, ampun deh...saya nyerah.
Ngomongin sejarah, ternyata Jepara juga menyimpan cerita sejarahnya tersendiri. Bahkan ini menyangkut sebuah benteng di era pendudukan portugis yang saat ini, dikelola sebagai salah satu obyek wisata andalannya Jepara. Jadi asyik kan kalau wisatanya sambil ngingat-ingat pelajaran sejarah?
Baca tulisan lain tentang wisata Jepara di
Secara letak, benteng Portugis berada di Desa Banyumanis, Donorojo, Jepara, Jawa Tengah. Tempo hari saya ke sana pasca main ke Pantai Kartini, dan waktu tempuh antara pantai-benteng sekitar 1,5 jam. Jangan tanya rute, karena saya bingungan kalau sudah berurusan dengan timur-barat-utara-dan selatan, saat bepergian. Yang pasti, ada beberapa wilayah terlewati yang saya masih ingat namanya yakni Mlonggo - Bangsri- Keling- baru kemudian masuk Kecamatan Donorojo.
Bagi saya, rute antara pantai Kartini-Benteng Portugis, cakep, karena didominasi bentang alam berupa areal hutan maupun perkebunan ketela/singkong. Naik, berkelok, tapi hijau dan segar. Saya yang awalnya terkantuk-kantuk, jadi milih berusaha melek..sayang kalau sepanjang perjalanan dihabiskan dengan mata terpejam.
***
" Uih...bentengnya masih bagus dan kuat sekali.." batin saya begitu nyampe lokasi.
Ternyata saya salah sodara-sodara! Benteng yang saya lihat pertama kali itu hanya merupakan gerbang, BUKAN benteng aslinya.. Jadi memang buatan jaman sekarang.
"Benteng aslinya..diatas bukit sana"
Kata bapak petugas sembari memberikan tiket masuk. Untuk bisa napak tilas di tempat ini, pengunjung diwajibkan membeli tiket, kalau tidak salah 5000 rupiah/orang.
Benteng Portugis, Benteng Dua Masa Penjajahan
Untuk mencapai lokasi benteng, setidaknya ada dua opsi jalan. Langsung naik ke atas bukit melewati jalur darat, atau menyusur jalan setapak di tepi laut. Yup, karena posisi benteng memang berada diatas bukit yang langsung berhadapan dengan laut. Jadi secara ilmu pertahanan perang dan strategi perdagangan memang strategis. Paling asyik kalau di combine aja, jadi naiknya lewat jalur perbukitan, pulangnya menyusuri tepi laut. Deal!
Di atas bukit, inilah Benteng Portugis yang sebenarnya |
Jadi secara sejarah, Benteng dibangun oleh Portugis jamannya menduduki Indonesia, kala era masih jaman kerajaan. Namun akhirnya mereka hanya beberapa tahun saja menempati benteng ini karena pindahnya pusat kerajaan Demak ke Pajang. Perpindahan ini berdampak pada pengalihan lintas perdagangan dari laut ke darat, hingga kemudian benteng ditinggal begitu saja. Bentengpun penuh semak-belukar.
Di masa pendudukan Jepang, melalui kerja paksa, akhirnya benteng difungsikan lagi sebagai tempat pengintaian laut. Semak dan ilalang dibersihkan, tembok-tembok yang roboh dibangun kembali, plus dilengkapi dengan miriam-miriam kecil. Benteng Portugis di gunakan tentara Jepang, sampe Jepang angkat kaki dari Indonesia.
Nggak tau, dulu tingginya seberapa. Tapi sekarang, setinggi itulah tembok yang tersisa |
Replika meriam, agar suasana benteng terasa hidup |
Di atas bukit, menghadap laut. Strategis bukan? |
Hanya itu saja? Nggak juga sih.. Buat yang suka pantai, bisa juga habis naik bukit menyaksikan sisa-sisa kokohnya Benteng Portugis, trus ngepantai, selonjoran atau sedikit basah-basahan di pantai. Tapi tetep harus ingat dan hati-hati. Kalau ombak meninggi, langsung menepi, bahaya!!
Sebenarnya bibir pantai datar dan luas, tapi airnya keruh banget! Kata penjaja makanan yang saya temui, itu karena pas musim hujan saja. Di musim kemarau, air pantainya jernih |
Mendung.. Karena hujan memang baru saja usai, tersisa gerimis yang sesekali turun, walau kemudian pergi lagi |
Jadi gimana, Jadi mo mampir ke Benteng Portugis pas di Jepara? Boleh iya..boleh tidak. Selera tiap manusia kan beda-beda. Ya nggak?😀😀
ada pengantar sejarahnya dipampang di situ ga lis?
BalasHapusbiasanya anak SD paling hepi kalo diajak ke tempat bersejarah kyk ini.
Klo yang detail gitu, aku nggak liat mb.. Nggak ada, ato nggak liat ya?
HapusYang ada info..mlh di luar makam mbah leseh. Jd di pojokan pantai, ada rumah..isinya makam. Tentang siapa mbah leseh..mlh liat. Sesepuh di situ intinya.
Duh, pelajaran sejarah tuh, saking banyaknya yang mesti diinget, sampe akhirnya kelupaan semua sekarang maaak. Hihiii. Wah sayang banget pas kesana pas airnya keruh ya maaak, soalnya pantainya lapang banget gitu, kalo airnya bening pasti kece badai yaaaaa
BalasHapusbanyak banget sejarah2 yang terlupakan di tanah air ini..
BalasHapussaya suka sejarah, soalnya waktu smp dpt guru yg enak dan pinter cerita. ngaruh bgt kayaknya. skrg jd suka tempat2 bersejarah juga ;))
BalasHapusJepara jadi wishlistku sekalian ke Karimun Jawa :D
BalasHapusTernyata penjajah tuh selain ngeselin juga ada positifnya ya mbak Sulis, misalnya membangun jejak sejarah seperti benteng Portugis di Jepara ini.
BalasHapusDan sekarang bisa dijadikan tempat wisata sekaligus pembelajaran sejarah bangsa Indonesia :)
Bener banget mbak..
HapusHikmah dari adanya penjajahan. Ada negatif..ternyata ninggalin hal positif juga..
yaaaah aku kurang tertarik mba :(
BalasHapusMb sulis njenengan buta arah kek aku hihihi, nek dilepas dewe, mbuh bisa balek nda wakaaa
BalasHapusBentengnya deket laut serasa mercusuar gitu bukan?
He eh..ngertine maju-mundur, kanan-kiri aja klo udah jauhan dikit😀😀
HapusAku nggak liat mercusuar di situ.. Entahlah..jalan sambil bawa balita ki jdnya mmng kurang fokus😀
dulu saya gak terlalu suka pelajaran sejarah. Ngebosenin. Tapi setelah jadi blogger, saya suka membaca catatan para blogger tentang wisata sejarah. Mungkin kalau dulu gaya bercerita pelajaran sejarah kayak blogger gak akan ngebosenin, ya :)
BalasHapusSaya sih suka wisata sejarah. Apalagi menggali cerita dibaliknya. Ternyata di Jepara juga ada Benteng Portugis yak.
BalasHapus