Alat rumah tangga rusak, Benerin atau Beli Baru?

21 komentar
service atau beli?


"Panci...panci..."

Dari dalam rumah, sayup-sayup saya mendengar bapak-bapak tukang panci menawarkan jasanya. Jualan panci? Bukan. Tapi jasa tukang reparasi perkakas panci dan alat-alat masak yang bocor. Saya belum pernah memakai jasa bapak itu, tapi kata tetangga, teknisnya adalah mengganti bagian bawah panci yang bocor. Jadi alasnya aja yang direplace, biar bisa dipake lagi. Kreatif ya!
***

Punya rumah di pinggir jalan kampung, tinggal di pedesaan, sering membuat saya jadi pengamat sosial kecil-kecilan. Tiba-tiba jadi pengikut aliran behavioralisme, ngamati perilaku masyarakat di sekitar. Termasuk soal bagaimana masyarakat memperlakukan properti rumah tangga mereka. 

Kadang, demi alasan penghematan, banyak  yang kemudian mendayagunakan alat-alat rumah tangga sampai titik penghabisan. Contohnya panci tadi, bocor aja diservisin. Selain panci, sebenarnya ada beberapa alat dapur atau piranti rumah tangga yang sering punya "dokter" masing-masing.

Termos air hangat.  Biasanya, "pak dokter" termos berkeliling dengan menggunakan motor, dari kampung ke kampung. Jasa servis yang diberikan ke pelanggan, berupa penggantian penghangat (dalamnya termos). 

Lumayan rame juga sebenarnya, karena itungannya lebih murah. Kalau tidak salah dan harga belum berubah, harga penggantian daleman termos sekitar 25 ribu, sementara kalau beli baru sekitar 60 ribu.

Payung. Nah, kalau yang ini musiman. Biasalah, paling sering pada sadar kalau butuh payung begitu musim hujan datang. Sementara kalau musim kemarau, payung dibiarkan tergeletak, bahkan endingnya rusak. Nah, tukang servis payung ini biasanya berkeliling naik motor atau sepeda onthel. Untuk biaya servis, tergantung tingkat keparahan atau tingkat kerusakan si payung. Apakah sekedar penjahitan ulang, atau butuh spare part baru. 

Sandal/sepatu. Biasaya "dokter" sandal atau sepatu ini berkeliling juga dengan motor, membawa kotak kayu bertulis "sol sandal/sepatu." Kalau ngomongin yang ini, saya jadi ingat sandal kesayangan. Ceritanya lem nya sudah cepol, padahal masih sayang. Karena alasan sayang itu tadi, akhirnya saya pasrahkan sandal ke tukang sol untuk diperbaiki. Sayangnya, oleh tukang sol tidak di lem, melainkan dijahit muter di bagian bawah. Trus jadinya gimana? Si sandal, jadinya berasa aneh dilihat, trus jadinya nggak pede makenya.

Jam dinding dan arloji. Kalo yang ini ada dua versi. Berkeliling, dan juga yang membuka semacam stand kecil di suatu tempat. 

Pernah jam dinding kesayangan di kamarnya Alya rusak. Suka sih sebenarnya, karena jam ini model jarum yang "berlari" itu..jadi bener-bener tanpa suara. Saat mau saya bawa ke tukang servis, eh..kok ya pak suami nyletuk.. "memang harga jam dinding berapa tho?" dan gara-gara celetukan itu, saya jadi mikir dua kali untuk membawa barang-barang rumah yang rusak ke "dokter" nya masing-masing alias tukang service.

Service in, atau Beli lagi?

Nah, itu sebenarnya pilihan. Biasanya, alasan utama adalah faktor penghematan, dan pelaku utamanya biasanya para ibu. Cuma ya itu, resiko paling sering adalah kita tidak bisa mendapatkan barang se perfect barang aslinya. 

Misalnya saja termos, itungannya memang jadi lebih murah, tapi kadang tingkat daya tahan menyimpan panasnya juga berbeda. Orang jawa bilang, ono rego ono rupo. Semenjak kasus sandal yang akhirnya mubazir, jam dinding rusak berikut celetukan suami, sekarang pertimbangan saya lebih ke harga beli (awal) barang, plus seberapa parah kerusakan. 

Untuk peralatan yang masih dikisaran harga 100 ribu ke bawah, kalau kira-kira gambling dan ragu dengan jaminan mutu, ya mending beli baru. Tapi kalau untuk semacam tv, kulkas, atau mesin cuci..biasanya kalau ada yang error, ya coba dulu diservisin. Mungkin masih bisa, tapi kalau error berulang..ya itu tandanya memang mereka butuh istirahat.
Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

21 komentar

  1. Kalau masih bisa dibetulin, ya dibetulin. Soalnya, aku orangnya gampang sayang sama barang2. Sulit ngelepas.

    BalasHapus
  2. Sayang ya kalau masih bisa dibetulin. Apalagi sandal. Hehehehe

    BalasHapus
  3. Aku masih suka betulin Mbak. Emak irits hehehe. Sayangnya kalau TV gitu sekali dibenerin ntar biasana rusak lagi, heu heu. Memang pilihan, kalau ada dana berlebih milih save dulu untuk keperluan lain. Salam kenal, aku follow blognya, folbek ya :)

    BalasHapus
  4. yang servis termos itu aku baru tau lho mbak..
    di tempatku ada servis jemuran, eh lebih tepatnya tukar tambah jemuran keliling

    BalasHapus
  5. iya juga sih. harga jam dinding ga seberapa ya? tapi kalo udah kadung sayang sama benda itu ya diservis.

    BalasHapus
  6. wahahaha, lucu ya, menganalogikan tukang sols epatu sebagai dokter sepatu dan sandal :)

    BalasHapus
  7. Kalau saya prefer beli lagi aja mba, karena kadang biaya servisnya bisa bisa setengah harga dari produknya :)

    BalasHapus
  8. Wakwakannn, aku jdi kelingan termos mb sulis, dah bocor tetep ae tambal tambal terus hihi, sayu barang klo dah kepnak dipake misal cecel dikit sayang juga kalo diganti, pokoke pake terus ampe pnghabisan, asas manfaat gituu
    #btw aku baru tau behaviorisme euy

    BalasHapus
  9. Saya lebih suka beli lagi untuk alasan kepraktisan. Kadang barang service tidak sebaik barang baru. Tapi kadang juga service sepatu karena salut sama tukang solnya yang tua tapi tetap kerja.

    BalasHapus
  10. Kalau bisa diperbaiki ya diperpaiki. Tapi aku pernah lho service payung, eh habisnya lumayan banyak. habis itu rusak. Rasanya mending beli baru lagi.

    Btw, baru tahu kalau ada tukang service termos.

    BalasHapus
  11. Ini terkadang menjadi permasalahan tersendiri ya mbak. Hehehehe..
    Cuma kalau diperbaiki lebih murah kenapa enggak ??

    BalasHapus
  12. Terakhir saya baru service rice cooker mbak, karena kalau beli lagi mahal ya bisa ratusan ribu. Kemarin diservice hanya keluar biaya 25ribu, karena kerusakannya masih ringan sih.

    Kalau masalah panci bocor, ibu saya malah punya kertas penambalnya tuh, kayak kertas berlapis alumunium gitu. Makainya tinggal digunting seukuran bocornya panci terus ditempel dibagian yang bocor. Selesai :)

    Kalau payung tiap tahun saya beli mbak, saya sukanya payung tekuk 3 yang bisa masuk tas, tapi mudah rusak ya terutama kalau hujan angin. Ya udah tiap tahun ganti payung deh :)

    BalasHapus
  13. Kalau disini, di Melbourne, ada alat masak yang rusak ya dibuang terus beli yg baru :)

    BalasHapus
  14. kalo aku krn belum beurmah tangga, jadi bisanya ngomongin mama nih hehe, mamaku klo barang yang rusak biasanya di ganti baru sama dia kecuali sendal, kalo sendal seringnya dibenerin lg sama dia tpi kalo udah parah baru deh beli baru hahah

    BalasHapus
  15. Mau diperbaiki atau beli baru saya rasa sih tergantung SELERA dan juga situasi kondisinya. Jika tingkat keperluannya tinggi dan mobile dan dana juga tersedia, sebaiknya beli yang baru saja. Tentu dengan catatan barang harus berkualitas dan mendapat garansi 1 tahun misalnya. Ini menurut pendapat saya

    BalasHapus
  16. Kalau ada dana mau beli aja, service kadang juga sebagai alternatif pilihan kedua.

    BalasHapus
  17. Di antara barang-barang yang disebutin di atas, kayaknya jam tangan deh yang memang paling cocok diservis. Soalnya harga asli dan harga servis terbilang cukup jauh. Sepengalamanku sih gitu.

    BalasHapus
  18. Benerin dulu deh mba, kaya sepatu/sandal,tas,jam. Peralatan dapur lumayan awet scr jarang dipake...hehehe

    BalasHapus
  19. Benerin dulu deh mba, kaya sepatu/sandal,tas,jam. Peralatan dapur lumayan awet scr jarang dipake...hehehe

    BalasHapus
  20. Kalo alat yang berhubungan sama listrik biasanya aku coba service dulu. Tapi kalau alat kayak panci, payung, atau apapun yang harganya lumayan terjangkau mending beli lagi.

    BalasHapus

Posting Komentar