Ngembun atau Terapi Udara Pantai, di Pesona Pengklik Samas, Jogja.

7 komentar

pesona pengklik pantai samas
Tidak begitu ramai, ambil fotonya udah agak siang☺

Pernah mendengar atau membaca tradisi ngembun atau mengunjungi pantai di pagi hari? Meski awalnya hanya milik masyarakat pesisir, tapi kemudian banyak masyarakat percaya, tradisi ngembun ini memberikan banyak efek positif bagi kesehatan paru-paru.

Cuaca yang tak menentu, siang panas kemudian seringkali hujan menjelang sore, akhirnya berimbas pula ke bocil saya Alya. Batuk-pileknya awet. Sudah ke dokter, tapi saat ingus hampir kering, ketemu lagi teman di sekolah yang mulai pilek. Ketularan lagi. Begitu berulang. Jadi semacam flu bergilir di PAUD ☺

Nggak mau kebanyakan konsumsi obat, akhirnya kami bawa aja anak-anak ke pantai. Terapi udara pantai dipagi hari. Konon, udara pantai yang masih bersih, mujarab banget buat penderita yang bermasalah dengan saluran nafas. 

Berhubung saya lagi miskin ide, suami yang kemudian berinisiatif  mengarahkan kendaraan ke kawasan pantai Samas. Lama juga kami nggak ke pesisir selatan pantai Bantul. Belum pernah nengok Laguna Pesona Pengklik yang belakangan ini fotonya bersliweran di aneka media sosial.

pesona pengklik pantai samas
Pesona Pengklik, obyek wisata lumayan baru di Bantul

Belum juga jam 6 pagi, akhirnya kami berempat menginjakkan kaki di Laguna Pengklik, kawasan Pantai Samas Jogja. Udara pagi yang segar memenuhi paru-paru. Landscape berupa hamparan sawah, Luasnya laguna, berpetak-petak  kolam atau tambak terpapar di depan mata. Sungguh, bagi saya itu nikmat Tuhan yang nggak bisa didustakan.


Kiri jalan sawah

jalur menuju pesona pengklik pantai samas
Kanan jalan tambak beserta laguna

lokasi memancing di pesona pengklik
Para pemancing mania

Di beberapa bagian, Laguna Pengklik ramai dengan para pemancing. Pagi hari adalah jam strategis bagi para pemancing untuk berburu mangsa. Meski sebentar, saya sempat ngobrol dengan salah satu pemancing asal Depok, Sleman. Menurutnya, ikan yang beragam, ditambah lagi musimnya ikan belanak, membuat para pemancing betah berlama-lama di tempat ini.
Bisa momong anak di sini

Waa..kenapa kami nggak bawa pancing ya? Tapi  lumayan juga. Ada tempat momong anak yang lumayan teduh. Sepertinya bakalan betah menikmati angin sepoi-sepoi dibawah rimbunnya daun cemara udang...

"Ibu..aku tu mau ke pantai...mau cari ikan..!

Tiwas sudah mbayangke bisa duduk selonjoran, sementara anak-anak main ayunan atau prosotan, ternyata...bagi anak-anak, ke pantai itu sama artinya bermain air dan berburu ikan. Oke deh..kita  mendekat ke pantai! 

nelayan pantai samas
Pantai Samas

Pagi itu Pantai Samas tidak begitu ramai. Meski ada satu-dua perahu nelayan masih terombang-ambing di tengah laut, tapi banyak perahu tempel yang dibiarkan tertambat dipinggiran pantai. Diantara beberapa pengunjung berpasangan, ada juga rombongan keluarga. Tampak pula rombongan  yang (sepertinya)tengah berlatih beladiri. Sementara kami? Suami ngacir cari sarapan di warung tepi pantai, dan saya ngawasi anak-anak yang sedang berburu ikan hias. Ombak cukup besar, jadi demi keamanan..anak-anak cukup bermain di tepian laguna.

taman di pesona pengklik prambanan
Berburu ikan, pong2(semacam keong laut) menjadi aktivitas yang menyenangkan untuk anak-anak

Sedikit berendam, tapi tetep hangat oleh pancaran matahari

Saya lebih senang membiarkan anak-anak bercengkrama dengan alam. Saya biarkan mereka bertelanjang kaki, rela matahari menghangatkan kulit-kulit mereka. Toh belum begitu siang, masih kaya vitamin D yang bagus untuk tulang mereka. Udara pantai ini setau saya juga masih bersih, jadi pasti sehat untuk paru-paru. 

Kabar gembiranya, saat saya tulis postingan ini pilek nya Alya sudah ilang. Hidung kering. Berharap, semoga tak lagi kena wabah "flu bergilir" di PAUD. 

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

7 komentar

  1. sajake perlu juga ngembun kie. rojat ki gampang banget batuk pilek.

    tapi pantai mana ya? apa ning danau wae?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha..ha, jauh pantai yo mbak. Faktor udara bersih koyone yang berpengaruh. Trus sama faktor adanya kadar garam dalam udara..konon itu yang jadi alasan. Klo kemudian pindah ke danau...menurutku mmng jadi bedo. Tapi dicoba ra ono salahe mbak..

      Hapus
  2. Alhamdulillah Alya akhirnya sembuh ya pileknya, jadi solusi murah meriah ya mbak Sulis :)

    Iya mbak terapi ini saya sudah tahu sejak kecil, dulu ibu juga membawa kami ke laut waktu sakit batuk :)

    Iya dong kalau ke pantai harus main air juga, masak cuma main ayunan? hehe

    Enak ya mbak tinggal di pesisir dekat pantai sehingga dekat tempat wisata murah tapi bisa juga untuk terapi kesehatan :)

    * Selamat juga buat mbak Sulis untuk domain barunya, semoga tambah sukses dan produktif (doa yang sama untuk saya juga, hihi.. aamiin )

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiin.

      Iya, mbak Anjar daerah pantai utara Jawa kok ya. Malah pantainya lebih tenang ya. Bisa lebih aman untuk acara ngembun dan main2 di pantai.

      Sipp! Semoga anjarsundari.com lebih exist ke dpannya. Makin jaya pokoknya.

      Makasih ya mbak, sudah mampir

      Hapus
  3. Sebelum membaca postingan ini saya belum pernah mendengar tradisi ngembun tersebut, tapi memang saya paling suka kalau ke pantai itu pagi-pagi sekali, lebih terasa segernya, di samping itu juga belum ramai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Bener pak. Seger. Panasnya juga masih hangat..jadi nggak begitu nggosongke kulit..☺

      Hapus
  4. Oh..ada istilah ngembun.baru tau, selama ini klo ke pantai..palingan ngejar matahari

    BalasHapus

Posting Komentar