Nyanyian Hujan

3 komentar

  musim penghujan hadir tanpa pesan 
bawa kenangan lama tlah menghilang 
saat yang indah dikau dipelukan 
setiap nafasku adalah milikmu 
(Lirik lagu GERIMIS, Kla project) 


Hujan itu inspiratif. Kalau ada yang bilang hujan itu juga romantis, saya pun akan ikut angkat jari. Buktinya begitu banyak tembang dengan lirik-lirik puitis yang sepertinya tak jauh dari suasana hujan. Kalau tak percaya, coba saja minta tolong mr.google untuk mencarikan lirik lagu dengan tema hujan, maka sederet panjang kudu lbh urip yang memenuhi kriteria pencarianpun akan segera terpampang. Jadi kepikiran, jangan-jangan dulu Ibu Sud dan juga AT. Mahmud punya ide nulis lirik "Tik-tik Bunyi Hujan" dan "Hujan rintik-rintik" saat berada ditengah gerimis, atau justru lebatnya hujan. :-) 


Hujan, bisa pula difungsikan sebagai "alarm" alam bagi kita untuk bergegas. Memacu speedometer agar segera sampai tujuan, segera pulang agar tak kehujanan, termasuk bergegas angkat jemuran agar tak kebasahan alias kembali basah. Nah, diantara sekian banyak manusia, saya termasuk orang yang mencintai dan merindukan datangnya hujan. Kenapa? Menurut saya, ada beberapa berkah yang ia bawa seiring kedatangannya. 

Pertama, mengobati kerinduan saya dengan sebuah wangi alam. Yah, sejak kecil, entah kenapa saya sangat suka dan selalu menikmati aroma tanah kering yang tersiram hujan. Baunya khas dan juga segar! Menghirup dalam-dalam wanginya, serasa meneguk kesegaran air putih yang tersimpan dalam kendi tanah liat selama beberapa hari. 

Kedua, hujan berarti stok buah di rumah melimpah ruah. Nah, kalau yang ini "resiko" saya yang menetap di wilayah pedesaan. Meskipun bukan petani yang hafal siklus masa panen aneka produk pertanian, tapi saya niteni (istilah jawa, dalam bhs Ind: memperhatikan) kalau musim hujan datang kok sepertinya aneka buah pada janjian untuk matang secara bersamaan. Saat saya membuat tulisan ini, beberapa buah termasuk kategori sedang musim; gampang sekali dicari, dan mudah dibeli, seperti mangga, pepaya, salak pondoh, pisang. Nah dibelakang mereka, rambutan, kelengkeng, durian, segera menyusul sebentar lagi :-) 

Ketiga, Dinginnya hujan, hangatnya kebersamaan. Dingin di luar, hangat di dalam! Kok bisa? Hujan adalah waktu terbaik untuk membangun kebersamaan dan menciptakan kehangatan keluarga. Menikmati kebersamaan anggota keluarga dengan mendengarkan celoteh dan candaan anak-anak, ditemani sepotong pisang goreng, segelas teh atau jahe panas, bukankan itu begitu menyenangkan?

Bagi sebagian orang, kedatangan hujan bisa jadi merupakan ancaman bencana yang menghadang. Kasus tanah longsor dan terjangan banjir di beberapa wilayah Indonesia, bisa dijadikan kisah nyata. Tapi.....ah, bukankah hujan datang sebagai penyeimbang. Kalau ia tak datang, bagaimana nasib tanah yang telah kering kerontang? Bukankah sudah tugasnya untuk rutin menyapa bumi ini setahun sekali? Alangkah indahnya, selagi kita bisa, kita dengarkan saja nyanyian merdunya.


  Tulisan ini diikutsertakan dalam a story of cantigi's first giveaway

Sulis
Hai, saya Sulis! Seorang ibu dari raka-alya, suka travelling, pernah menjadi jurnalis di sebuah tv lokal di Jogja, bisa dihubungi di raka.adhi(at) gmail.com, sulistiyowatitri98(at) yahoo.co.id, atau t.sulistiyowati80(at)gmail.com

Related Posts

3 komentar

  1. hujan memiliki banyak kenangan ya... :)

    BalasHapus
  2. Iya mbak.... Saya penyuka hujan. Terimakasih sudah mampir...

    BalasHapus
  3. Iya mbak.... Saya penyuka hujan. Terimakasih sudah mampir...

    BalasHapus

Posting Komentar